GURU PROFESIONAL DAN
PENCIPTAAN IKLIM BELAJAR YANG KONDUSIF
A. PENDAHULUAN
Guru adalah seorang pendidik
,pembimbing ,pelatih dan pemimpin yang dapat menciptakan iklim belajar yang
kondusif di kelas. Iklim yang tidak kondusif akan berdampak negatif, siswa
merasa gelisah,resah,bosan. Iklim belajar yang kondusif dapat dengan mudah
tercapainya tujuan pembelajaran dan proses pembelajaran menyenangkan bagi siswa
.
Dalam kurikulum 2004 para ahli
menyarankan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif ,baik secara fisik
maupun non fisik. Lingkungan fisik merupakan kondisi belajar yang harus
didukung oleh berbagai sarana,laboratorium, dan media lain. Lingkungan non
fisik memiliki peran besar ,terutama penampilan , sikap guru, hubungan harmonis
antara guru dan peserta didik, siswa dan guru dan sesama peserta didik sendiri.
Lingkungan belajar harus mendapat
perhatian yang besar karena lingkungan mempengaruhi situasi belajar. Kemudian
memperhatikan kebersihan sekolah , kenyamanan ruangan, menanam pohon pelindung
di lingkungan sekolah, menata ruang belajar yang menarik dan menyenangkan
siswa.
B .
MENGEMBANGKAN LAYANAN BELAJAR.
Lingkungan yang kondusif menurut
Mulyasa ( 2005:16-17 ) dapat dikembangkan melalui berbagai layanan sebagai
berikut:
1.
Memberikan pilihan bagi peserta didik yang lambat maupun
yang cepat dalam melakukan tugas pembelajaran.
2.
Memberikan pembelajaran remedial bagi peserta didik yang
kurang berprestasi.
3.
Mengembangkan organisasi yang efektif.
4.
Menciptakan kerjasama saling menghargai sesama peserta
didik dengan guru.
5.
Melibatkan peserta didik dalam proses belajar
pembelajaran.
6.
mengembangkan proses pembelajaran sebagai tanggungjawab
bersama antara siswa dan guru.
7.
Mengembangkan sistem evaluasi belajar.
Beberapa layanan
untuk merangsang peserta didik belajar dalam iklim yang kondusif , peserta
didik dikondisikan mengajukan pertanyaan dalam proses pembelajaran .
1.
Saling lempar pertanyaan.
Siswa
diharuskan menyiapkan pertanyaan tentang materi pelajaran yang dipelajari dan
melempar pertanyaan terhadap temannya.
2.
mencari jawaban.
Siswa
menulis tiga pertanyaan mengenai suatu topik , lalu siswa berdiri berkeliling
ruangan 5 menit sambil saling bertanya jawab secara berpasangan . Pertanyaan
yang tidak terjawab dapat dijawab guru.
3.
Pertanyaan marathon.
Tentukan
kelompok untuk berpasangan. Dua siswa untuk saling tanya jawab selama lima
menit satu pertanyaan disusul dengan pertanyaan lain. Setelah pelatihan ini
seluruh siswa di kelas , bersama guru dapat menjawab pertanyaan yang belum
terjawab.
4.
Pertanyaan yang ditempelkan.
Siswa
menulis satu pertanyaan mengenai satu materi pelajaran mereka menempelkan
pertanyaan di dinding pada papan tempel . Saat istirahat mintalah siswa ambil
yang dapat mereka jawab. Pertanyaan yang masih tertinggal di papan dapat
dijawab guru.
5.
Bola pertanyaan.
Bagikan
siswa selembar kosong. Siswa menulis pertanyaan pada kertas itu . kertas soal
diremas-remas seperti bola. Guru mengumpulkan bolasoal dan melemparkannya
kepada siswa untuk dijawab di depan kelas. Guru dan siswa yang lain dapat
mengomentari bila perlu.
6.
Tumpukan kartu ( pertanyaan ) di atas meja.
Siswa
menuliskan pertanyan mengenai bahan pelajaran pada kartu kosong. Setiap siswa
membaca pertanyaan di depan kelompok. Pertanyaan yang tidak dapat dijawab
kelompok diletakkan di tengah meja dan ditanyakan kepada siswa di kelas.
7.
Pertanyaan musikal.
Setiap
siswa menulis pertanyaan mengenai bahan pelajaran di kartu kosong . siswa
berdiri membentuk lingkaran. Mereka mengedarkan karu pertanyaan sekeliling
lingkaran kepada orang di sebelah kanannya . ketika musik berhenti siswa
menjawab pertanyaan yang ada di tangannya.
8.
Lingkaran pertanyaan kentang panas.
Siswa
berdiri membentuk lingkaran . bola dilempar dalam lingkaran. Siswa yang
menangkap bola menjawab pertanyaan.
9.
Tukar menukar pertanyaan antar tim.
Siswa
dibagi dua kelompok . Setiap kelompok menyusun 10 pertanyaan untuk menguji
pemahaman mereka.
10.
Lemparan pertanyaan.
Kelas
dibagi menjadi dua kelompok. Setiap kelompok menyusun 10 pertanyaan untuk
kelompok lain.
11.
Tanyailah sobatmu.
Kelompok
siswa berpasangan . Pasangan itu saling mengajukan lima pertanyaan mengenai
bahan pelajaran. Baik yang diketahui maupun yang tidak diketahui.
12.
Edarkan topi.
Siswa
menuliskan pertanyaan pada sebuah kartu dan menaruhnya dalam dalam topi, lalu
siswa mengambil pertanyaan dalam topi dan menjawabnya di depan kelas. Guru
hanya menjawab pertanyaan yang tidak dapat dijawab siswa.
C. Tanggungjawab
guru dalam memfasilitasi pembelajaran.
Tanggungjawab guru di tangannya harus
tercipta manusia-manusia yang berbudi luhur ,berperilaku baik , prestasi ,
berkwalitas , dan berakhlak mulia. Guru harus memiliki seperangkat kapabilitas
sebagai berikut :
1.
Guru harus memiliki tanggungjawab sempurna.
2.
Guru harus memiliki kwalifikasi .
3.
Guru harus memiliki kewenangan yang cukup untuk
menyelesaikan pekerjaannya dalam pembelajaran.
D. Beberapa
prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran :
1.
Persiapan Pra Belajar.
2.
Dorongan ( motivasi ).
3.
Perbedaan Perorangan.
4.
Kondisi Pembelajaran.
5.
Partisipasi Aktif
6.
Prestasi Yang Berhasil.
7.
Praktik
8.
Mengetahui Hasilnya.
9.
Kecepatan menyajikan Materi.
10.
Sikap Guru.
E. Jenis-jenis
Perbedaan Individual :
1.
Kecerdasan.
2.
Bakat.
3.
Keadaan Jasmani.
4.
Penyesuaian Sosial dan Emosional.
5.
Keadaan Keluarga
6.
Prestasi Belajar.
F. Pelayanan
terhadap perbedaan individual.
1.
Anak cerdas mempunyai energi yang lebih besar, aktif,
suka menyelidiki yang baru ,percaya diri tinggi.
2.
Anak lamban dapat diselenggarakan kelas remedial, untuk
perbaikan.
3.
Kelas khusus bagi siswa yang cerdas.
4.
Pengelompokan siswa berdasarkan kompetensi, menjadi
kelompok kurang, sedang, dan pintar.
5.
Pembentukan kelompok berdasarkan minat, kemampuan,
kebutuhan, dan kematangannya , guru sebagai nara sumber.
6.
Cara lain memberikan pelajaran pilihan , sistem, tutorial
dan sebagainya.
G . Ukuran kelas
yang ideal.
Batasan sekolah menerima siswa baru
rata-rata 40 siswa per kelas . siswa nampak dalam kelas besar menjadi ternd
sekolah. Secara psikologis guru akan sulit memberi pembelajaran yang optimal ,
sulit mengontrol kecakapan siswa dan sulit mencapai tujuan pembelajaran. Metode
pembelajaran variatif merupakan bagian terpenting dalam mengimplementasikan
kurikulum 2006.
Pada umumnya guru mengeluh menghadapi
siswa yang banyak di dalam kelas, mereka harus bekerja keras, guru aktif
,menyita energi banyak . kelas yang tidak terkelola , tidak terkuasai maka
penyampaian materi akan tidak berarti. Guru memiliki keterbatasan kemampuan
dalam mengelola siswa dan pembelajaran harus mencapai tujuan.
Menurut Ivor .K Devies ( 1971) dalam
menentukan besar kelas dan kelompok belajar ada beberapa pertimbangan .
pertimbangan terhadap dampak nyata yang berkaitan dengan hubungan kelompok
maupiun individu. Menurut Davies apabila kelompok belajar bertambah besar maka
sebagi perubahan mungkin pula terjadi :
1.
Sumber daya kelompok bertambah.
2.
Mampu memanfaatkan sumber daya yang ada.
3.
kepuasan akan mutu sumbangan fikiran.
4.
perbedaan individu antara anggota.
5.
Siswa dipasang-pasangkan untuk belajar bersama.
6.
Akibat enggan berpartisipasi dalam diskusi.
Banyak
pakar meneliti tentang perbedaan kelas besar dan kelas kecil. Kelas kecil lebih
berhasil dan mengintungkan untuk melakukan pembelajaran.
Kelas besar.
·
Kelas kecil biasanya tidak lebih baik dari kelas besar
apabila digunakan test pencapaian untuk mengukur penerimaan informasi secara
tradisional .
·
Ukuran atau besarnya kelas yang optimal untuk mencapai
tujuan kognitif tingkat rendah ( pengetahuan dan pemahaman) pada umumnya ialah
masalah selera . Tampaknya tidak merupakan Variabel belajar yang penting.
·
Dalam kelompok yang terdiri atas 12 orang atau lebih ,
ketrampilan memimpin menjadi lebih penting .Oleh sebab itu, guru pemimpin
memberi pengarah yang lebih besar terhadap keputusan kelompok, dan lebih besar
toleransi dari pemusatan pada pimpinan atau tingkah laku pemimpin.
Kelas kecil.
·
Kelas kecil adalah optimal bila digunakan pengukuran
patokan untuk melakukan test tujuan afektif dan tujuan kognitif tingkat tinggi.
·
Dalam situasi senacam itu , besarnya kelompok yang
optimal ialah 5 , tapi boleh juga kelompok terdiri dari 7 orang apabila siswa
lebih matang dan lebih berpengalaman.
·
Tutorial satu lawan satu ialah optimal untuk mencapai
tujuan afektif dan tujuan kognitif dengan tingkat sangat tinggi, dan apabila
siswa diminta untuk bekerja dan maju menurut kecepatan masing-masing dengan
kondisi yang telah ditentukan. Guru dan siswa , baik secara rasional maupun
irasional , biasanya lebih menyukai kelas kecil.
Akan tampak
bahwa tidak ada ukuran kelas optimal yang cocok untuk semua situasi. Ukuran
kelas optimal harus dihubungkan dengan sifat tujuan belajar yang akan dicapai.
Data penelitian menunjukkan tiga ketentuan umum yang dapat dibuat :
·
Bila tujuan kognitif tingkat rendah dan tujuan afektif
akan dicapai, kelas besar tidaklah lebih buruk daripada kelas kecil.
·
Bila tujuan kognitf tingkat tinggi dan tujuan afektif
ingin dicapai, kelas-kelas kecil beranggotakan 5 atau 7 siswa adalah ukuran
optimal.
·
Bila yang diingin dicapai adalah tujuan kognitif tingkat
tinggi .
KESIMPULAN.
Lingkungan
yang kondusif dapat dikembangkan melalui berbagai layanan belajar . memberikan
pilihan bagi peserta didik yang lambat, memberikan pembelajaran remedial ,
menciptakan kerjasama saling menghargai, mengembangkan proses pembelajaran, dan
lain-lain. Guru harus memiliki tanggungjawab sempurna, guru harus memiliki
kwalifikasi untuk tugas pembelajaran dan memiliki kewenangan yang cukup untuk
menyelesaikan pekerjaannya dalam pembelajaran. Menciptakan iklim belajar yang
kondusif dan menarik nyaman dan kreatif merupakan pendekatan dalam kurikulum
2004.Pola pengajaran tradisional harus
ditinggalkan .
Dalam tugas ini yang dapat diterapkan
di SLB adalah kelas kecil dengan satu kelompok paling banyak 5 siswa. Untuk
kelas besar tidak dapat dilaksanakan di SLB apalagi dengan pengembangan yang
beraneka ragam, tidak dapat diterapkan , sebab pelaksanaan pengajaran di SLB
dengan metode yang menarik sehingga siswa tidak bosan untuk mengikuti pelajaran
di sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar