Senin, 30 November 2015

Guru



GURU PROFESIONAL DAN PENCIPTAAN IKLIM BELAJAR YANG KONDUSIF

A. PENDAHULUAN
          Guru adalah seorang pendidik ,pembimbing ,pelatih dan pemimpin yang dapat menciptakan iklim belajar yang kondusif di kelas. Iklim yang tidak kondusif akan berdampak negatif, siswa merasa gelisah,resah,bosan. Iklim belajar yang kondusif dapat dengan mudah tercapainya tujuan pembelajaran dan proses pembelajaran menyenangkan bagi siswa .
          Dalam kurikulum 2004 para ahli menyarankan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif ,baik secara fisik maupun non fisik. Lingkungan fisik merupakan kondisi belajar yang harus didukung oleh berbagai sarana,laboratorium, dan media lain. Lingkungan non fisik memiliki peran besar ,terutama penampilan , sikap guru, hubungan harmonis antara guru dan peserta didik, siswa dan guru dan sesama peserta didik sendiri.
          Lingkungan belajar harus mendapat perhatian yang besar karena lingkungan mempengaruhi situasi belajar. Kemudian memperhatikan kebersihan sekolah , kenyamanan ruangan, menanam pohon pelindung di lingkungan sekolah, menata ruang belajar yang menarik dan menyenangkan siswa.

B . MENGEMBANGKAN LAYANAN BELAJAR.
          Lingkungan yang kondusif menurut Mulyasa ( 2005:16-17 ) dapat dikembangkan melalui berbagai layanan sebagai berikut:
1.     Memberikan pilihan bagi peserta didik yang lambat maupun yang cepat dalam melakukan tugas pembelajaran.
2.     Memberikan pembelajaran remedial bagi peserta didik yang kurang berprestasi.
3.     Mengembangkan organisasi yang efektif.
4.     Menciptakan kerjasama saling menghargai sesama peserta didik dengan guru.
5.     Melibatkan peserta didik dalam proses belajar pembelajaran.
6.     mengembangkan proses pembelajaran sebagai tanggungjawab bersama antara siswa dan guru.
7.     Mengembangkan sistem evaluasi belajar.
Beberapa layanan untuk merangsang peserta didik belajar dalam iklim yang kondusif , peserta didik dikondisikan mengajukan pertanyaan dalam proses pembelajaran .
1.     Saling lempar pertanyaan.
Siswa diharuskan menyiapkan pertanyaan tentang materi pelajaran yang dipelajari dan melempar pertanyaan terhadap temannya.
2.     mencari jawaban.
Siswa menulis tiga pertanyaan mengenai suatu topik , lalu siswa berdiri berkeliling ruangan 5 menit sambil saling bertanya jawab secara berpasangan . Pertanyaan yang tidak terjawab dapat dijawab guru.
3.     Pertanyaan marathon.
Tentukan kelompok untuk berpasangan. Dua siswa untuk saling tanya jawab selama lima menit satu pertanyaan disusul dengan pertanyaan lain. Setelah pelatihan ini seluruh siswa di kelas , bersama guru dapat menjawab pertanyaan yang belum terjawab.
4.     Pertanyaan yang ditempelkan.
Siswa menulis satu pertanyaan mengenai satu materi pelajaran mereka menempelkan pertanyaan di dinding pada papan tempel . Saat istirahat mintalah siswa ambil yang dapat mereka jawab. Pertanyaan yang masih tertinggal di papan dapat dijawab guru.
5.     Bola pertanyaan.
Bagikan siswa selembar kosong. Siswa menulis pertanyaan pada kertas itu . kertas soal diremas-remas seperti bola. Guru mengumpulkan bolasoal dan melemparkannya kepada siswa untuk dijawab di depan kelas. Guru dan siswa yang lain dapat mengomentari bila perlu.
6.     Tumpukan kartu ( pertanyaan ) di atas meja.
Siswa menuliskan pertanyan mengenai bahan pelajaran pada kartu kosong. Setiap siswa membaca pertanyaan di depan kelompok. Pertanyaan yang tidak dapat dijawab kelompok diletakkan di tengah meja dan ditanyakan kepada siswa di kelas.
7.     Pertanyaan musikal.
Setiap siswa menulis pertanyaan mengenai bahan pelajaran di kartu kosong . siswa berdiri membentuk lingkaran. Mereka mengedarkan karu pertanyaan sekeliling lingkaran kepada orang di sebelah kanannya . ketika musik berhenti siswa menjawab pertanyaan yang ada di tangannya.
8.     Lingkaran pertanyaan kentang panas.
Siswa berdiri membentuk lingkaran . bola dilempar dalam lingkaran. Siswa yang menangkap bola menjawab pertanyaan.
9.     Tukar menukar pertanyaan antar tim.
Siswa dibagi dua kelompok . Setiap kelompok menyusun 10 pertanyaan untuk menguji pemahaman mereka.
10.                        Lemparan pertanyaan.
Kelas dibagi menjadi dua kelompok. Setiap kelompok menyusun 10 pertanyaan untuk kelompok lain.
11.                        Tanyailah sobatmu.
Kelompok siswa berpasangan . Pasangan itu saling mengajukan lima pertanyaan mengenai bahan pelajaran. Baik yang diketahui maupun yang tidak diketahui.
12.                        Edarkan topi.
Siswa menuliskan pertanyaan pada sebuah kartu dan menaruhnya dalam dalam topi, lalu siswa mengambil pertanyaan dalam topi dan menjawabnya di depan kelas. Guru hanya menjawab pertanyaan yang tidak dapat dijawab siswa.
C. Tanggungjawab guru dalam memfasilitasi pembelajaran.
          Tanggungjawab guru di tangannya harus tercipta manusia-manusia yang berbudi luhur ,berperilaku baik , prestasi , berkwalitas , dan berakhlak mulia. Guru harus memiliki seperangkat kapabilitas sebagai berikut :
1.     Guru harus memiliki tanggungjawab sempurna.
2.     Guru harus memiliki kwalifikasi .
3.     Guru harus memiliki kewenangan yang cukup untuk menyelesaikan pekerjaannya dalam pembelajaran.

D. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran :
1.     Persiapan Pra Belajar.
2.     Dorongan ( motivasi ).
3.     Perbedaan Perorangan.
4.     Kondisi Pembelajaran.
5.     Partisipasi Aktif
6.     Prestasi Yang Berhasil.
7.     Praktik
8.     Mengetahui Hasilnya.
9.     Kecepatan menyajikan Materi.
10.                        Sikap Guru.

E. Jenis-jenis Perbedaan Individual :
1.     Kecerdasan.
2.     Bakat.
3.     Keadaan Jasmani.
4.     Penyesuaian Sosial dan Emosional.
5.     Keadaan Keluarga
6.     Prestasi Belajar.

F. Pelayanan terhadap perbedaan individual.
1.     Anak cerdas mempunyai energi yang lebih besar, aktif, suka menyelidiki yang baru ,percaya diri tinggi.
2.     Anak lamban dapat diselenggarakan kelas remedial, untuk perbaikan.
3.     Kelas khusus bagi siswa yang cerdas.
4.     Pengelompokan siswa berdasarkan kompetensi, menjadi kelompok kurang, sedang, dan pintar.
5.     Pembentukan kelompok berdasarkan minat, kemampuan, kebutuhan, dan kematangannya , guru sebagai nara sumber.
6.     Cara lain memberikan pelajaran pilihan , sistem, tutorial dan sebagainya.

G . Ukuran kelas yang ideal.
          Batasan sekolah menerima siswa baru rata-rata 40 siswa per kelas . siswa nampak dalam kelas besar menjadi ternd sekolah. Secara psikologis guru akan sulit memberi pembelajaran yang optimal , sulit mengontrol kecakapan siswa dan sulit mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran variatif merupakan bagian terpenting dalam mengimplementasikan kurikulum 2006.
          Pada umumnya guru mengeluh menghadapi siswa yang banyak di dalam kelas, mereka harus bekerja keras, guru aktif ,menyita energi banyak . kelas yang tidak terkelola , tidak terkuasai maka penyampaian materi akan tidak berarti. Guru memiliki keterbatasan kemampuan dalam mengelola siswa dan pembelajaran harus mencapai tujuan.

          Menurut Ivor .K Devies ( 1971) dalam menentukan besar kelas dan kelompok belajar ada beberapa pertimbangan . pertimbangan terhadap dampak nyata yang berkaitan dengan hubungan kelompok maupiun individu. Menurut Davies apabila kelompok belajar bertambah besar maka sebagi perubahan mungkin pula terjadi  :
1.     Sumber daya kelompok bertambah.
2.     Mampu memanfaatkan sumber daya yang ada.
3.     kepuasan akan mutu sumbangan fikiran.
4.     perbedaan individu antara anggota.
5.     Siswa dipasang-pasangkan untuk belajar bersama.
6.     Akibat enggan berpartisipasi dalam diskusi.

Banyak pakar meneliti tentang perbedaan kelas besar dan kelas kecil. Kelas kecil lebih berhasil dan mengintungkan untuk melakukan pembelajaran.
Kelas besar.
·        Kelas kecil biasanya tidak lebih baik dari kelas besar apabila digunakan test pencapaian untuk mengukur penerimaan informasi secara tradisional .
·        Ukuran atau besarnya kelas yang optimal untuk mencapai tujuan kognitif tingkat rendah ( pengetahuan dan pemahaman) pada umumnya ialah masalah selera . Tampaknya tidak merupakan Variabel belajar yang penting.
·        Dalam kelompok yang terdiri atas 12 orang atau lebih , ketrampilan memimpin menjadi lebih penting .Oleh sebab itu, guru pemimpin memberi pengarah yang lebih besar terhadap keputusan kelompok, dan lebih besar toleransi dari pemusatan pada pimpinan atau tingkah laku pemimpin.

Kelas kecil.
·        Kelas kecil adalah optimal bila digunakan pengukuran patokan untuk melakukan test tujuan afektif dan tujuan kognitif tingkat tinggi.
·        Dalam situasi senacam itu , besarnya kelompok yang optimal ialah 5 , tapi boleh juga kelompok terdiri dari 7 orang apabila siswa lebih matang dan lebih berpengalaman.
·        Tutorial satu lawan satu ialah optimal untuk mencapai tujuan afektif dan tujuan kognitif dengan tingkat sangat tinggi, dan apabila siswa diminta untuk bekerja dan maju menurut kecepatan masing-masing dengan kondisi yang telah ditentukan. Guru dan siswa , baik secara rasional maupun irasional , biasanya lebih menyukai kelas kecil.

Akan tampak bahwa tidak ada ukuran kelas optimal yang cocok untuk semua situasi. Ukuran kelas optimal harus dihubungkan dengan sifat tujuan belajar yang akan dicapai. Data penelitian menunjukkan tiga ketentuan umum yang dapat dibuat :
·        Bila tujuan kognitif tingkat rendah dan tujuan afektif akan dicapai, kelas besar tidaklah lebih buruk daripada kelas kecil.
·        Bila tujuan kognitf tingkat tinggi dan tujuan afektif ingin dicapai, kelas-kelas kecil beranggotakan 5 atau 7 siswa adalah ukuran optimal.
·        Bila yang diingin dicapai adalah tujuan kognitif tingkat tinggi .

KESIMPULAN.
Lingkungan yang kondusif dapat dikembangkan melalui berbagai layanan belajar . memberikan pilihan bagi peserta didik yang lambat, memberikan pembelajaran remedial , menciptakan kerjasama saling menghargai, mengembangkan proses pembelajaran, dan lain-lain. Guru harus memiliki tanggungjawab sempurna, guru harus memiliki kwalifikasi untuk tugas pembelajaran dan memiliki kewenangan yang cukup untuk menyelesaikan pekerjaannya dalam pembelajaran. Menciptakan iklim belajar yang kondusif dan menarik nyaman dan kreatif merupakan pendekatan dalam kurikulum 2004.Pola  pengajaran tradisional harus ditinggalkan .
          Dalam tugas ini yang dapat diterapkan di SLB adalah kelas kecil dengan satu kelompok paling banyak 5 siswa. Untuk kelas besar tidak dapat dilaksanakan di SLB apalagi dengan pengembangan yang beraneka ragam, tidak dapat diterapkan , sebab pelaksanaan pengajaran di SLB dengan metode yang menarik sehingga siswa tidak bosan untuk mengikuti pelajaran di sekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LOMBA LKSN 2021