BAB VII
KESULITAN MEMBACA
Membaca
merupakan aktifitas auditif dan visual untuk memperoleh makna dan simbul berupa huruf atau kata . Aktifitas membaca dua proses yaitu : proses decoding yang dikenal dengan istilah membaca teknis ,
dan proses pemahaman .Membaca teknis adalah proses pemahaman atas hubungan
antara huruf (grafim ) dengan bunyi (morfim )atau menterjemahkan kata-kata
tercetak menjadi bahasa lisan atau sejenisnya.
PEROLEHAN BAHASA PADA ANAK.
Ada 3 teori yang menjelaskan perkembangan bahasa pada anak , yaitu : model behaviorist , model linguistik dan
model kognitif.
- Model Bihavioristik.
Inti model Behavioristik adalah
Language is afunctionofreinforcement. Orang tua mengajar anaknya berbicara
dengan memberikan reinforcement / penguatan (prinsip behaviorism ) terhadap
tingkah laku verbal.Dengan pemberian
reinforcement ini anak belajar memberi nama pada benda-benda secara tepat. Menurut teori ini anak- anak merupakan
tabularasa .
- Model Linguistik.
Chomsky (dalam Jo Ann Brewer
1992 ) adalah tokoh yang mengembangkan model Linguistik. Menurut
pendapatnya anak-anak dilahirkan sudah
dilengkapi dengan kemampuan untuk berbahasa. Melalui kontak dengan lingkungan
social kemampuan berbahasa tersebut akan tampak dalam perilaku berbahasa
.Menurut Chomsky seorang anak bukanlah
tabularasa ,
melainkan telah mempunyai
faculty of Language ( Faculty = kemampuan untuk berkembang dan
untuk belajar ).Faculty ini semata-mata hanya
berupa factor linguistik .
- Model Kognitif.
Kelompok ini diwakili oleh Piaget, Bruner dan Vigosky (dalam Jo Ann
Brewer , 1992 ) Model ketiga ini adalah pandangan terbaru
mengenai perolehan bahasa pada
anak- anak ialah pandangan yang disebut Model
Proses ( Process Models ) Atau analis strategi (S. Marat , 1983 ), inti
dari pendekatan Kognitif adalah suatu
model positif untuk bahasa , yang mencoba menjelaskan bagaimana bahasa itu diproses secara kognitif, dan
manifestasinya dalam tingkah laku. Model Kognitif berusaha menghubungkan segi Performance dansegi competence , hal mana belum pernah diungkapkan hubungannya oleh kedua pendekatan
terdahulu.Hubungan antara bahasa dan perkembangan kognitif ditinjau dari
perspektif psikolinguistik dewasa ini diterangkan sebagai berikut :
Bahwa anak-anak dapat belajar
bahasa memang berkat adanya hal-hal Inate , tetapi hal-hal yang inate ini
bukan a set of edeas
seperti yang diungkapkan oleh
aliran rasionalis (Chomsky dan kawan-kawan), melainkan berupa kapasitas kognitif dan kapasitas untuk
belajar .
PENGAJARAN
BAHASA DALAM KURIKULUM.
Anak-anak yang mengalami kesulitan membaca harus
ditangani sedini mungkin , sehingga
masalahnya tidak semakin membesar.
Langkah penanganan pada anak yang mengalami kesulitan membaca , meliputi tahap
assesment atau pengukuran dan treatment atau penanganan .Assesmen
bertujuan untuk mengetahui secara pasti
jenis masalah yang dihadapi oleh anak .
Materi membaca meliputi
keterampilan membaca teknis dan membaca
pemahaman.
1.Membaca
Teknis.
Membaca Teknis adalah : proses decoding atau mengubah
simbol – symbol tertulis berupa huruf
atau kata menjadi system bunyi atau yang
sejenisnya. Proses ini juga disebut
pengenalan kata.Dalam proses membaca teknis ada beberapa keterampilan
yang dipersyaratkan . Keterampilan pertama disebut konfigurasi yaitu pengenalan secara global bentuk huruf
atau kata.Keterampilan kedua
disebut analisis konteks yaitu memanfaatkan kata-kata petunjuk lain di sekitarnya untuk menerka
makna suatu kata. Analisis konteks ini dapat bersifat structural artinya
memanfaatkan pengetahuan tata bahasa ,
atau bersifat semantik artinya
memanfaatkan tentang arti kata. Keterampilan
ketiga adalah penguasaan kosa
kata pandang (sigt vocabulary )
yaitu kata-kata yang dapat dibaca dengan mudah oleh anak tanpa berpikir lagi.
Keterampilan keempat adalah analisis fonik : yaitu memahami
kaitan antara huruf dan bunyi pada kata
. Keterampilan ini meliputi pengetahuan tentang konsonan, vocal, konsonan ganda
,bunyi hidup, bunyi mati, bunyi sempurna dan sebagainya.
Keterampilan
kelima adalah analisis structural yaitu
pemahaman atas strutur bahasa , termasuk di sini misalnya pengertian bahwa suku kata
terdiri atas vocal dan konsonan ,
berbagai imbuhan kata , dan maknanya,
tanda baca, jenis kata , kata majemuk ,
Secara lebih operasional , proses membaca teknis atau
pengenalan kata menuntut kemampuan
sebagai berikut :
a.Mengenal huruf kecil dan huruf besar pada
alphabet.
b. Mengucapkan bunyi (bukan
nama ) huruf terdiri atas :
1)
Konsonan tunggal ( b, d , h, k , ……).
2)
Vokal (a, i ,
u ……………………..).
3)
Konsonan ganda
( kr , gr,
tr……………
4)
Diftong (ai, au,
oi
c.
Menggabungkan bunyi membentuk kata (
saya, ibu ) ;
d. Variasi bunyi ( / u / pada kata “ pukul “ , / o / pada kata “
toko “dan “ pohon “ ).
e. Menerka kata menggunakan
konteks
f. Menggunakan analisis
struktural untuk identifikasi kata (
kata ulang, kata majemuk, imbuhan ).
2. Membaca
Pemahaman.
Membaca
pemahaman meliputi beberapa komponen :Komponen pertama adalah pengembangan kosa
kata .Penguasaan kosa kata sangat penting untuk memahami kata-kata
yang dipakai oleh penulis. Kegiatan pengembangan kosa kata yang dapat
dilakukan , misalnya memberikan
pengalaman yangbermakna ( menyediakan
buku-buku, memperkenalkan dengan orangbaru atau lingkungan baru )
Komponen kedua disebut pemahaman literal yaitu memahami dan mengingat informasi
secara tersurat pada wacana
.Keterampilan yang diperlukan pada pemahaman meliputi : mencari
pokok pikiran bacaan,
beberapa informasi rinci yang penting,
urutankejadian,dan menjawab pertanyaan bacaan.Komponen ketiga disebut
pemahaman inferensial yaitu
menarik kesimpulan dari informasi
yang tersurat berdasrkan instuisi dan pengalamannya. Istilah ini juga disebut
pemahaman tersirat .Beberapa aktivitas membaca
misalnya : mencari hubungan sebab akibat, mengantisipasi lanjutan cerita.Komponen keempat adalah membaca kritis atau evaluatif yaitu membekan
penilaian materi wacana berdasarkan pengalaman, pengetahuan,dan
kriterianya sendiri .
Secara lebih operasional
membaca pemahaman menuntut
kemampuan berikut :
- Mengingat pokok pikiran wacana tertulis.
- Mengingat urutan kejadian atau pendapat.
- Mencari jawaban atas pertanyaan rinci wacana tertulis.
- Mengikuti petunjuk tertulis.
- Mencari hubungan sebab akibat.
- Membuat simpulan berdasarkan wacana tertulis.
- Mengetahui kejanggalan isi wacana.
- Mengenal materi factual ataufiktif.
- Memanfaatkan daftar isi dan indeks buku.
- Membaca table,diagram, peta.
- Memanfaatkan berbagai makna dari satu kata.
PERKEMBANGAN KETERAM PILAN MEMBACA
Materi pengajaran membaca tersusun secara herarkis dari
yang paling sederhana ( kaitan huruf dengan bunyi ) sampai pada keterampilan yang paling kompleks
(membaca kritis ).
Keterampilan membaca
berkembang melalui beberapa tahap, yaitu
Tahap pertumbuhan kesiapan membaca, tahap awal belajar membaca, tahap perkembangan
keterampilan membaca, dan penyempurnaan keterampilan membaca.
1. Tahap
Pertumbuhan Kesiapan Membaca.
Kesiapan membaca merupakan
kompetensi yang harus dikuasai ….
dikuasai oleh oleh setiap anak untuk mulai belajar membaca.Kompetensi dimaksud misalnya
: membedakan berbagai bentuk bangun,
warna , ukuran, arah dan sebagainya.
2. Tahap Awal
Belajar membaca.
Biasanya pengajaran membaca
dimulai di kelas I SD, meskipun ada anak yang
sudah dapat membaca sebelum masuk
SD, atau sebhaliknya ada anak yang belum siap membaca meskipun sudah
masuk kelas I SD. Pada awalnya belajar membaca memang sulit, karena anak harus
mencoba menerka banyak symbol / huruf.
Ada dua (2 ) jenis pengajaran membaca yanfg sering dipakai pada tahap ini .
Pendekatan pertama menekankan
pemahaman symbol(code emphasis ) , pada pengenalan ini menekankan pengenalan System symbol (huruf ) bunyi sedini mungkin.Pendekatan
kedua menekankan belajar membaca kata dan kalimat secara utuh
( meaning amphasis ) . Dengan membaca berbagai kata, anak diharapkan
dapat mencari sendiri system huruf bunyi
yang
berlaku.
3.Tahap Perkembangan Keterampilan Membaca.
Tahap ini merupakan kelanjutan tahap membaca globaldan
membaca unsur, tahap ini juga disebut
membaca tanpa memikirkan unsure-unsurnya.
4. Tahap
Penyempurnaan Keterampilan Membaca.
Mulai kelas 4 SD , anak normal sudah merasakan nikmatnya membaca , kegiatan membaca tidak lagi
ditekankan pada teknik membaca,tetapi sudah pada makna bacaan.
Tugas guru adalah mendorong dengan
menyediakan atau menunjukkan sumber
bacaan di Perpustakaan,.
ASESMEN KESULITAN MEMBACA
Asesmen (pengukuran ) adalah : proses pengukuran secara pasti jenis kesulitan belajar yang
dialami oleh anak , untuk keperluan diagnostik .Banyak masalah membaca yang
dapat diamati pada anak berkesulitan membaca .
Berdasrkan hasil penelitian , jenis kesulitan yang sering ditemukan antara lain
sebagai berikut :
1.Kesulitan
mengidentifikasi kaitan bunyi huruf . Tidak lancar atau
membuat kesalahan pada waktu membaca bersuara merupakan gejala yang banyak ditemukan pada anak
berkesulitan membaca.
2. Kebiasaan arah
membaca yang salah . Arah membaca tulisan latin selalu dari kiri ke kanan ,
karena gangguan persepsi atau syaraf , banyak anak berkesulitan belajar yang
sulit mengendalikan arah mata secara konsisten pada waktu membaca.
3.Kelemahan
kemampuan pemahaman .
Banyak anak yang mengeja
dapat membaca kalimat, namun tidak mengerti
makna kalimat , pada tingkat yang lebih lanjut kelemahan kemampuan pemahaman terlihat pada
gejala ketidakmampuan mencari informasi tertentu pada bacaan.
4.Ketidakmampuan
menyesuaikan diri dengan jenis bacaan.
Ada berbagai jenis
bacaan antara lain : puisi, cerita
fiktif , sejarah,buku pelajaran, kamus dan lain-lain. Anak berkesulitan membaca
Sering tidak melihat perbedaan tersebut .
5.Kelemahan dalam
hal kecepatan membaca.
Untuk
mengetahui secara pasti jenis
kesulitan yang dialami anak , ada dua
macam prosedur , yaitu asesmen formal ,
yang dilengkapi dengan petunjuk pelaksanaan tes ,kunci jawaban , cara
menafsirkan hasilnya , dan alternatif
penanganannya . Namun di Indonesia tes
semacam itu belum dikembang kan . Maka guru harus mengandalkan asesmen informal
.
Beberapa prosedur asesmen
informal yang dapat dipakai :
Guru dapat mengadakan observasi harian
secara teliti.
Pada
waktu mengadakan observasi hal-hal yang
perlu diperhatikan :
a.
Bagaimana sikap anak terhadap kegiatan membaca.
b.
Minat khusus anak yang dimiliki dalam membaca.
c.
Apakah anak mencapai kemajuan dalam membaca ?
d. Kelebihan dan
kelemahan anak waktu membaca ?
e. Apakah anak harus
mengeja dalam membaca bersuara ?
f.
Dan
lain-lain.
2). Daftar Kata Bergradasi .
Daftar kata bergradasi dapat dipakai untuk
melihat kemampuan anak mengenal kata.
Secara lebih rinci dapat digunakan :
a.menunjukkan
kemampuan kosa kata pandang anak.
b.memperkirakan tingkat penguasaan kosa kata anak.
c. menunjukkan kelemahan
anak menghadapi kata baru dalam membaca.
3).Inventori
Membaca Informal.
Pada daftar kata bergradasi
hanya mengukur kemampuan membaca teknis
(khususnya pengenalan kata ). Inventori Membaca Informal lebih menekankan kemampuan
pemahaman, juga dapat dipakai untukmembaca teknis.
4). Prosedur Cloze.
Prosedur Cloze dapat
digunakan sebagai metode informasi untuk
mengukur tingkat kemampuan membaca dan pemahaman.Prosedur cloze dapat diberikan
secara individual atau klasikal.
5.Tes Berdasarkan
Kurikulum.Guru
dapat menyusun tes informasi untuk mengukur secara cepat tujuan instruksional
tertentu . Tujuan khusus berkaitan dengan pokok bahasan tertentu , misalnya
kata dengan suku kata menggunakan huruf
i, n, u , a, b (ibu,abu, babu, bibi ).Atau kata dengan suku
kata berakhitan konsonan menggunakan hurufi, n, b , u, m , a( main, minum ).
MENANGANI KESULITAN MEMBACA.
Secara garis besar ada dua (2) macam pendekatan dalampengajaran membaca permulaan :
-
Pendekatan
berdasarkan symbol (code emphsis ).
-
Pendekatan berdasarkan makna (meaning emphasis ).
Perbedaan antara kedua
pendekatan tersebut terletak pada cara
mengajarkan . Pendekatan berdasarkan
symbol menekankan keteraturan kaitan antara
huruf dan bunyi. Tujuan akhirnya agar anak dapat mengucapkan apapun yang
tertulis, meskipun tidak berupa kata.Pendekatan
berdasarkan makna lebih
menekankan pada kemampuan mengenal dan membaca kata-kata yang bermakna.
1. Pengajaran
Membaca Permulaan.
Ada beberapa metode yang
sering dipakai untuk pengajaran
membaca permulaan :
a. Metode Membaca B a s a l
Program pengajaran dengan
metode basal terdiri atas beberapa set yang tersusun menurut tingkat
kesukarannya, masing –masing terdiri atas teks bacaan dan materi pelengkap,
seperti buku kerja, kartu huruf huruf, tes awal , tes akhir, dan film strip.
Garis besar langkah mengajar
dengan metode basal sebagai berikut :
Ø Memberikan motifasi
kepada anak.
Ø Memberikan
konsep atau kosa kata baru sebagai
pengantar.
Ø Membimbing
anak membaca dengan mengajukan pertanyaanyang sebenarnya menjadi tujuan
membaca.
Ø Mengembangkan keterampilan lebih lanjut , dengan
tugas-tugas dari buku kerja atau latihan tambahan.
Ø Memberi
tugas sebagai aplikasi keterampilan yang
baru dipelajari.
Ø Evaluasi.
Karena banyaknya materi yang harus disiapkan, di
Indonesia belum pernah disusun
bahan pelajaran membaca permulaan yang dapat dipakai dengan metode basal.
b. Metode
E j a
Metode eja mengajarkan
membaca teknik dengan melalui asosiasi Antara grafem ( huruf ) dengan
morfem ( bunyi ).Setelah menguasai vocal dan konsonan , anak belajar membaca dengan menggabungkan
bunyi menjadi suku kata dan suku kata menjadi
kata.
Kelemahan metode E
j a :
- Terlalu menekankan menekakan ucapan kata dapat
mengorbankan kemampuan pemahaman.
- Ada kata-kata perkecualian dalam asosiasi
huruf bunyi, misalnyahuruf o , pada kata toko dan kata pohon.
Anak mungkin bingung pada tahap awal.
- Banyak anak menalami
kesulitan menggabung huruf secara lepas
lepas anak dapat menghafal bunyinya.
c.
Metode Linguistik
Metode mengajar membaca Linguistik
sangat menekankan komuni kasi
lisan. Metode linguistik menekankan pengajaran membaca secara utuh. Latihan
membaca huruf atau menggabungkannya tidak diberikan.
Perbedaan metode Linguistik dengan metode
Eja terletak pada fokus
pengajarannya, yaitu pada kata utuh bukan pada bunyi-bunyi terisolasi. Perbedaan antara metode Linguistik dengan metode Basal terletak pada penemuan system isolasi
hurufbunyi sebelum beralih ke
pemahaman.
Beberapa kelebihan metode
Linguistik :
- Tekanan pada hubungan antara fonim dan grafim , mmembantu anak menyadari, bahwa membaca bahasa lisan yang ditulis.
- Pola visual antara bunyi huruf secara konsisten disajikan kepada anak.
- Anak belajar membaca dan mengeja kata secara utuh.
- Kesadaran tentang kalimat sejak dini telah ditanamkan.
- Pengajaran membaca dikaitkan dengan pengetahuan bahasa
anak sendiri.
Kelemahan
metode Linguistik :
Ø Kurangnya
penekanan pengebangan pemahaman pada tahap awal.
Ø Kosakata
terkendali dan penggunaan kata-kata
tidak bermakna mengurangi makna pemahaman.
Ø Anak
terdorong untuk membaca kata demi kata.
Ø Metode
ini menekakankan keterampilan auditori memori.
Ø Tidakada
kesepakatan antara ahli bahasa tentang
teknik mengajarkannya.
d.Metode Pengalaman Bahasa
Metode Pengalaman Bahasa (
language experience ) menekankan
pengintegrasian pengembangan keterampilan membaca dan yang lain yaitu mendengarkan, berbicara, dan
menulis.Pola pikir dari metode pengalaman bahasa adalah , bahwa anak dapat mengatakan apa yang dipikirkan, apa yang dipikirkan
dapat ditulis,dan anak dapat membaca apa yang ditulis.Ada beberapa kelebihan
yang terlihat dari metode pengalaman
bahasa antara lain sebagai berikut :
Metode ini dapat mengintegrasikan empat keterampilan
berbahasa sekaligus.
a.
Metode pengalaman bahasa , memanfaatkan pengalaman untuk pengajaran bahasa.
b. Kreatifitas anak
berkembang.
c. Motivasi belajar
membaca tinggi.
Kelemahan metode pengalan bahasa
, pengajaran membaca menjadi kurang terstruktur
dan kurang sistematik.
PROGRAM REMEDIAL
MEMBACA
Pengajaran remedial direncanakan bagi anak-anak yang mengalami
kesulitan belajar , yaitu anak yang tidak dapat membaca atau yang kemampuannya
ketinggalan satu tingkat atau lebih
dengan teman-teman lainnya.Ada beberapa pendekatan yang dapat dipakai antara lain : pendekatan multi sensori,
pendekatan modifikasi abjad, dan pendekatan kesan neurologis.
1. Pendekatan
Multisensori.
Pendekatan Multisensori berdasarkan atas asumsi, bahwa akan dapat
belajar dengan baik, jika materi
pengajaran disajikan dalam berbagai modalitas, antara lain visual (penglihatan
) , tactile ( perabaan )
kinesthetik (gerakan ), dan auditory (
pendengaran ). Keempat modalitas tersebut dikenal dengan VAKT.Ada dua metode
mengajar yang menggunakan pendekatan multisen-sori , yaitu yang
dikembangkan oleh Ferland dan Gillingham
.
a. Metode
Ferland
Anak dilatih membaca kata
secara utuh yang dipilih dari cerita yang dibuat oleh anak itu sendiri. Dengan
demikian, tidak ada kegiatan
memperkenalkan nama huruf atau bunyi secara individual.
Metode Ferland meliputi 4
(empat ) tahap :
Tahap 1: Anak memilih kata yang akan
dipelajarinya , guru menuliskannya
besar-besar , anak kemudian menelusuri kata dengan jarinya,sambil
menelusuri anak mengucapkan kata itu keras-keras.Dengan kata –kata yang sudah dikuasainya, anak dapat
membuat cerita .
Tahap 2 : Anak belajar dengan
kata yang ditulis guru , mengucapkan dan
menyalinnya, anak didorong untuk
menyusun cerita dan mempertahankan
kata yang sudah dikuasainya.
Tahap 3 : Anak belajar
membaca dari kata-kata atau kalimat yang sudah dicetak. Anak melihat kata,
mengucapkannya, kemudian menyalinnya. Tugas guru memantau apakah semua kata
masih diingatnya.
Tahap 4 : Anak sudah mampu
mengenal kata-kata baru , dengan membandingkannya dengan kaata-kata yang sudah
dipelajarinya, anak dapat dimotivasi untuk memperluas materi bacaannya.
b. Metode
Gillingham
Metode Gillingham sangat
terstruktur dan berorientasi pada kaitan
antara bunyi dan huruf. Setiap huruf diajarkan dengan metode multisensori .
Kartu huruf dibuat warna berbeda antara
vocal dan konsonan , dan setiap kartu
memuat satu huruf dalam bentuk kata kunci beserta gambar, misalnya huruf
b disajikan dengan
kartu bergambar bola, dengan tulisan
bola di bawahnya dan huruf b dicetak tebal.Seperti halnya metode Ferland, metode Gillingham
hanya dapat dipakai untuk remediasi
secara individual.
2.
Metode Modifikasi Abjad
Metode
Moodifikasi Abjad telah banyak dipakai
untuk anak berkesulitan membaca pada
bahasa yang kaitan antara huruf dan
bunyinya tidak selalu konsisten. Dalam bahasa Inggris, misalnya huruf
a dapat dibaca /e/, /ei/, atau /a/.
Huruf /f / dapat bdilambangkan oleh huruf f,
gh,atau ph, misalnya kata “ enough “
dapat ditulis “inaf “,
kata“phone” akan ditulis “fon “.Dalam bahasa Indonesia, metode ini tidak banyak
bermanfaat, karena kaitan antara huruf dan bunyinya relatif konsisten .
3.Metode Kesan
Neurologis
Metode Kesan Neurologis
terdiri atas kegiatan membaca bersama-sama secara cepat antara guru dan murid .
Asumsi dasarnya adalah bahwa anak dapat belajar
dengan mendengar susaranya sendiri
dan suara orang lain yang membaca materi yang sama.
Pada awalnya guru membaca
lebih keras dan lebih cepat dari pada
Anak, anak didorong untuk menjaga kecepatan membacanya,dan tidak terlalu risau
dengan salah baca
BAB IX
A. HAKIKAT BERHITUNG.
Berhitung bagian dari matematika. Menurut Moris Kline
menyatakan bahwa hampir semua cabang matematika berjumlah delapan puluh cabang
besar selalu ada berhitung. Ilmu hitung adalah suatu bahasa yang digunakan menjelaskan
hubungan proyek,kejadian, dan waktu. Bahasa itu berbentuk lambang / simbol yang
mempunyai arti,bersifat konsistendan deduktif. Dengan simbol yang sangat
sederhana misalnya ” + ” dikandung makna yang sama bagi setiap orang yang
menggunakannya, yaitu konsep penjumlahan. Sifat deduktif ditunjukkan oleh
adanya tata urutan logis atau keterkaiatan prasyarat antara pengertian yang
mencakup dalam materi berhitung. Contoh pengertian 5³ (perpangkatan) hanya
mungkin dipahami bila perkalian dikuasai Perlunya anak belajar berhitung tidak
perlu diragukan lagi sebab hampir setiap kehidupan orang tidak lepas dari
dimensi hitung menghitung.
B. MENGENAL ANAK BERKESULITAN BELAJAR BERHITUNG.
1.
Hakekat
kesulitan berhitung.
Kesulitan
berhitung disebut juga diskakula . yang berat disebut akalkulia. Istilah ini
memiliki konstasi medis yang memandang adanya keterkaiatan antara kesulitan
belajar berhitung karena banyak faktor yang menjadi penyebab anak memperoleh
nilai hasil belajar berhitung yang rendah.
2.
karakteristik
anak berkesulitan berhitung.
Menurut Herner ( 1988 ). Ada berbagai karakteristik anak
berkesulitan berhitung antara lain :
a.
Kesulitan memahami konsep hubungan keruangan.
b.
Kesulitan memahami konsep waktu.
c.
Kesulitan memahami konsepkuantitas.
d.
Kesulitan memahami konsep relasi antar nilai dalam
matematika.
e.
Memiliki gangguan persepsi visual
f.
Kesulitan melakukan variasi visual – motor.
g.
Perseverasi.
h.
Kesulitan dalam mengenal dan memahami konsep.
i.
Memiliki gangguan penghayatan tubuh.
j.
Kesulitan berbahasa dan membaca.
k.
Memiliki skor PIQ ( Performance Inteligence Quontient )
jauh lebih rendah daripada skor VIQ ( Verbal Inteligence Quontient ).
C. KEKELIRUAN UMUM ANAK BERKESULITAN BELAJAR BERHITUNG.
- Kekurangan pemahaman tentang simbol.
- kekurangan pemahaman tentang nilai tempat.
kekurangan
pemahaman dalam melakukan perhitungan ( komputasi) anak tidak memahami konsep
penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian.
- Penggunaan proses menghitung yang keliru. Kekeliruan dalam proses menghitung dapat dilihat dari contoh dibawah ini :
a.
Menukarkan simbol
b.
Satuan dan puluhan dijumlah tanpa memperhatikan nilai
tempat.
c.
Alogaritma yang keliru dan tidak memperhatikan nilai
tempat.
d.
Digit ditambahkan ke kanan dan tidak memperhatikan nilai
tempat.
e.
Dalam penjumlahan puluhan digabung dengan satuan.
f.
Bilangan besar dikurangi bilangan kecil tanpa
memperhatikan nilai tempat.
g.
Bilangan yang telah dipinjam nilainya tetap
h.
Tulisan tidak dapat dibaca.
D.BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PENGAJARAN BERHITUNG.
- Pendekatan Berdasarkan Teori Perkembangan kognitif.
Menurut
Piaget perkembangan kognitif mengikuti umum mencakup 4 tahapan antara lain adalah
:
1)
Sensori motor yaitu umur 0-
2 tahun.
2)
Pra operasional 2 – 7 tahun.
3)
Operasional konkrit. 7
– 11 tahun
4)
Operasional formal 11
th ke atas.
Pengajaran
yang tidaksesuai perkembangan akan kesulitan dan menghambat perkembangan
kognitif selanjutnya.
- Pendekatan Belajar Tuntas.
Pendekatan
ini menekankan pada pengajaran berhitung langsung dan terstruktur.
Langkah-langkah :
1)
Menentukan sasaran / tujuan pembelajaran.
2)
Menguraikan langkah kecilmencapai tujuan.
3)
Menentukan langkah yang dikuasahi anak.
4)
Mengurutkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan.
5)
Melaksanakan kegiatan pembelajaran.
6)
Mengevaluasi keberhasilan belajar anak.
- Pendekatan ketrampilan proses.
Berupaya
anak supaya berkembang strategis belajar kognitif yang mengarah agar anak
memahami proses belajar sendiri.untuk kemampuan berfikirnya.
- Pendekatan pemecahan Masalah.
Dalam
melaksanakan pendekatan ini sebaiknya :
a)
Baca apa yang ditanyakan.
b)
Baca kembali informasi yang diperlukan.
c)
Pikirkan.
d)
Pemyelesaian masalah.,tulispersamaannya.
e)
Periksa hitung kembali dan banding.
Contoh
mengajarkan soal cerita kepada anak berkesulitan berhitung:
-
ibu membeli 10 telur harganya Rp 100 tiap butir.
-
Ibu
membeli gula 2 kg harganya Rp 2.000,/ kg.
Ibu membawa uang
Rp10.000.
Berapa uang
kembalian yang diterima ibu?
Langkah penyelesaian
- memahami masalah.
Apa yang dibeli ibu?
Berapa telur yang dibeli ibu?
Berapa harga satu
butir.
Berapa harga satu kg
gula?
Berapa nilai uang
yang dibayar ibu?
- Merencanakan pemecahan masalah.
Ø menghitung harga 10
butir telur.
Ø Menghitung harga
gula..
Ø Menghitung
harga barang yang dibeli.
Ø Menghitung
uang kembalian yang diterima.
- Melaksanakan pemecahan masalah.
Harga 10 butir telur
10 X Rp 100 = Rp 1.000
Harga 2 kg gula 2 X
Rp 2.000 = Rp 4.000.
Jumlah harga
- Memeriksa kembali.
Menghitung kembali
dan mencocokan hasilnya.
E. ASESMEN KESULITAN BELAJAR BERHITUNG.
- Asesmen Formal.
Asesmen
berupa tes didasarkan validitas tertentu. Instrumen asesmen formal memerlukan
perhitungan reliabelitas dan tiap butir perlu dikaliberasi untuk mengetahuidaya
pembeda dan derajat kesulitannya. Ada yang digunakan untuk kelompok atau
individual. Dua jenis instrumen asesmen berhitung dalambentuk baku :
-
tes kelompok baku. ( diuji dahulu validitas dan
reliabelitasnya).
-
Tes kelompok individual.( memberikan informasi diagnostik
kelompok).
- Asesmen Informal.
Merupakan
cara terbaik memperoleh informasi penguasaan berhitung anak. Ada 4 jenis
asesmen:
-
Metode
inventori.
Untuk
mengetahui ketrampilan anak berhitung secara tepat. Merupakan ketrampilan bagi
anak TK dan SD . baik penjumlahan bersusun ( mendatar), pengurangan bersusun (
mendatar) , perkalian bersusun( mendatar ), pembagian mendatar ( bersusun )..
-
Tes
penempatan.
Untuk
memperoleh informasi penempatan anak sesuai tingakat penguasaannya dalam
berhitung. Contoh tes penempatan :
Ketrampilan
menghitung.
1. Menghitung dari 1. ( SAYA MAU KAMU MENGHITUNG
DARI SATU
HINGGA SEJAUH KAMU
DAPAT ).
2. Menghitung garis. ( TUNJUK PADA
KOTAK, MENGHITUNG GARIS PADA
KOTAK ).
3.Menggambar Garis.( Beri Anak
Kertas dan Pensil : Gambarlah tiga baris garis,
gambar enam baris.
Ketrampilan
simbol :
1. Identifikasi angka. 2 4 5 7 2 1 0
Tunjukan angka berapa! Jika gagal dilanjutkan
dengan menuliskan simbol ( menulis
angka ). Tulis TM jika tidak
menjawab.kalaumenjawab salah tulis angka yang
disebut anak.
2 Menulis angka.
Instruksi : berikan anak kertas dan
pensil , tuliskan angka 4 , kemudian angka 2 4 5 8 9 5 4
Keterkaitan berhitung dengan konsep
bahasa lebih besar lebih kecil .
Instruksi : Katakan mana yang lebih
besar 5 atau 7 ?
Katakan mana yang lebih kecil 8 atau 3 ?
Catatan tanda + untuk jawaban benar.
LEMBAR
CATATAN.
Nama anak :
Hari dan
tanggal ke :
Pengetes :
a.
menghitung.
Menghitung
mulai angka 1 – angka tertinggi yang dapat dihitung.
Menghitung
garis
4 garis .
7 garis
Menggambar
garis
3 garis 6
garis
b.
Ketrampilan symbol
Identifikasi
4 2 6 7 3 8 5 9 10
Menulis 4 2 6 7 3 8 5 9 10
c.
Keterkaitan berhitung dengan konsep bahasa.
5 atau 7
8 atau 3
- Asesmen didasarkan kurikulum
Untuk
mengukur kemajuan belajar berhitung : menentukan kemampuan yang diukur,
Menentukan kemampuan sederhana ke rumit, Mengembangkan instrumen , Melaksanakan
tes, memeriksa tes, mencatat kekeliruan, menganalisa kekeliruan, memperkirakan
penyebab, merumuskan tujuan pembelajaran, melaksanakan remedial.mengevaluasi.
- menganalisa kekeliruan anak.
Guru
hendaknya dapat mendeteksi kekeliruan anak , guru hendaknya menjelaskan
bagaimana cara penyelesaian masalah bagi anak., guru melakukan observasi cara
anak melakukan perbaikan terhadap kekeliruan tersebut.
F. PENGAJARAN REMIDIAL BERHITUNG.
1.
Prinsip pengajaran berhitung.
Ada 7
prinsip pengajaran berhitung :
1)
Penyiapan anak untuk belajar berhitung.
2)
Mengembangkan konsep dari konkret ke abstrak.
3)
Memberikan kesempatan untuk berlatih dan mengulang.
4)
Generalisasi ke situasi baru.
5)
Bertolak dari kekuatan dan kelemahan anak.
6)
Membangun dasar yang kokoh konsep ketrampilan berhitung.
7)
Penggunaan kalkulator.
2.
Pengajaran Remedial Berhitung.
Dilaksanakan
berdasar diagnosa ketidakmampuan berhitung. Diharapkan menguasahi 4 kategori :
- pengajaran konsep
- pengalaman belajar dengan
bentuk konkret.
- pengalaman belajar dengan
bentuk semi konkret.
- pengalaman belajar dengan
bentuk konsep yang sesungguhnya.
3.
Pengajaran Tentang prosedur.
Materi
berhitung dipelajari setelah anak menguasahi konsep bilangan dan simbol.
4.
Pengajaran tentang Ketrampilan Berhitung.
Diartikan
membina kemampuan anak mengingat ,
mencongak,berlomba, permainan dengan kartu bilangan, dan latihan menyelesaikan
soal.
5.
Pengajaran tentang Pemecahan Masalah.
Untuk
melatih kemampuan menyelesaikan masalah berhitung, dan memecahkan masalah yaitu
: - latihan menentukan masalah dan unsur pemecahan.
- Latihan prosedur penyelesaian.
BAB XI
PEMBELAJARAN KOPERATIF , KOMPETITIF , DAN INDIVIDUAL
Latar
belakang.
- Suasana pembelajaran sangat mempengaruhi terhadap hasil belajar lebih-lebih pada anak yang mengalami problem dalam belajar’
- Ada beberapa model pembelajaran yang perlu mendapat perhatian para guru, khususnya di sekolah dasar. Diantaranya adalah pembelajaran koperatif , dan kompetitif serta individual.
- Pembelajaran ini menekankan pada kemandirian dalam belajar dengan sedikit bantuan dari guru atau orang lain.
A.
PEMBELAJARAN KOPERATIF
Pembelajaran koperatif adalah pembelajaran yang lebih
menekankan pada perlunya saling ketergantungan positif antar semua sumber daya
lingkungan yang menunjang keberhasilan anak.
- Hakekat pembelajaran koperatif.
Falsafah yang mendasari homo
homini socius : manusia adalah makhluk social yang perlu kerjasama . prinsip
prinsip kerjasamadalam pembelajaran koperatif adalah saling ketergantungan
positif ,akuntabilitas perorangan ,saling bertatap muka, komunikasi, dan
evaluasi proses kelompok. Guru berperan sebagai perancang dan fasilitator
pembelajaran murid sebagai pembelajaran semua proses yang dirancang dalam
suasana kerjasama koperatif.
- Unsur-unsur dasar pembelajaran koperatif.
- saling ketergantungan positif.
- Interaksi tatap muka.
- Akuntabilitas individual.
- Komunikasi / hubungan interpersonal.
- Evaluasi proses kelompok
- Perbedaan pembelajaran koperatif dan tradisional
Dalam pembelajaran tradisional
juga dikenal adanya belajar kelompok. Belajar koperatif dan belajar kelompok
dalam pembelajaran tradisional . sepulih perbedaan tersebut adalah sebagai
berikut :
a.
saling
ketergantungan positif. ( guru menuntun tiap anggota).
b.
Akuntability
tradisional. ( kelompok tradisional sering diborong seseorang dalam
menyelesaikan tugas , yang
lain mendompleng )
c.
Kelompok heterogen
d.
Pemilihan pemimpin melalui musyawarah untuk mufakat.
e.
Penekanan pada penyelesaian tugas dan memperlakukan
hubungan inter personal.
f.
Ketrampilan sosial diajarkan secara langsung.
g.
Guru memperhatikan proses kelompok belajar dan bekerja.
- Peran guru dalam pembelajaran koperatif.
- merumuskan tujuan pembelajaran yang terdiri : - Tujuan akademik dan tujuan ketrampilan bergotong royong. Tujuan akademik sesuai dengan taraf perkembangan anak / sesuai kurikulum.
- Menentukan jumlah anggota setiap kelompok belajar biasanya 2 – 6 anak.jumlah hendaknya kecil agar tiap anak aktif. Tiga faktor yang menentukan jumlah anggota tiap kelompok:- taraf kemampuan anak. Ketersediaan materi, dan waktu.
- Menempatkan anak dalam kelompok. Tiga pertanyaan penting dalam menempatkan anak.
1)
Apakah penempatan secara heterogen atau homogen?
Penempatan hendaknya heterogen agar ada
yang berkemampuan tinggi.
2)
Bagaimana menempatkan anak dalam kelompok?
Ada
2 jenis belajar koperatif : a. Berorientasi pada bukan tugas.
Menuntut
kerjasama,saling tukar pikiran, b. Berorientasi pada tugas.
Menekankan
adanya pembagian tugas. Misalnya melakssnakan kunjungan pariwisata harus ada
ketua , sekretaris dll.
3)
Apakah anak bebas memilih teman?
Kebebasan
ini menyebabkan kelompok menjadi homogen.
- Menentukan tempat duduk. Hendaknya disusun agar tiap anggota dapat bertatap muka. Terpisah antara kelompok satu dengan lainnya.
- Merencanakan bahan / meningkatkan saling ketergantungan. Ada 3 macam cara meningkatkan saling ketergantungan positif.:
- Menentukan peran anak / saling menunjang saling ketergantungan.
- Menjelaskan tugas akademik.menyusun tugas dengan jelas,menjelaskan tujuan belajar, menjelaskan berbagai konsep,pengertian, prosedur, mengajukan pertanyaan
- Menjelaskan kepada anak tentang tujuan dan keharusan bekerjasama.
- Menyusun akuntabilitas individual. Guru perlu sering melakukan pengukuran untuk mengetahui taraf penguasaan materi terhadap anggota.
- Menyusun kerjasama antar kelompok.
- Menjelaskan kriteria keberhasilan. Guru menerangkan kriteria yang akan dinilai.
- Menjelaskan perilaku yang diharapkan. Misalnya: mengaitkan pelajaran baru dengan pelajaran sebelumnya
- Memantau perilaku anak. Untuk mengetahui berbagai masalah yang muncul.
- Memberi bantuan kepada anak dalam menyelesaikan tugas. Jika dirasa perlu guru menjelaskan pelajaran/ mengulang prosedur.mengajarkan ketrampilan menyelesaikan tugas.
- Melakukan intervensi untuk mengajarkan ketrampilan bekerjasama. Memberi nasehat / memberi bimbingan untuk bekerja efektif.
- Menutup pelajaran. Guru perlu meringkas pelajaran ,memberi kesempatan kepada anak untuk untuk mengemukakan ide , bertanya.
- Menilai kulitas pekerjaan/ hasil belajar anak.
- Menilai kerjasama antar anggota kelompok.
- Rancangan pembelajaran koperatif. Sebelum mengajar guru membuat rancangan pembelajaran koperatif.
Contoh 1.
Rancangan pembelajaran
koperatif
- sebelum pembelajaran berlangsung.
Kelas /
smt : 1 SD
Mapel : Bahasa Indonesia
SK : menulis
KD : menulis spontan ( dikte)
Waktu : 2 X 30 menit
Tujuan : tiap anggota kelompok saling mengajar
menuliskan kata-kata
Tujuan
pembelajaran :
Menyebutkan
rangkaian huruf yang membentuk suku kata.
Menuliskan secara spontan katakata
yang dimiliki
- prosedur pembelajaran.
- menutup pelajaran.
- menyampaikan hasil belajar. Guru menyampaiakan hasil belajar tiap anggota kelompok dan anggota kelompok yang belum berhasil dibantu oleh anggota kelompok yang lain.
- Guru dan anak-anak membicarakan bagaimana kelompok belajar menjadi baik dan apa yang perlu diperbaiki selanjutnya.
Rancangan
pembelajaran koperatif tidak harus untuk 1 kali pertemuan ,tetapi dapat
beberapa kali pertemuan.
Contoh 2.
Rancangan pembelajaran
semester II mata pelajaran matematika kelas 1 SD.
1.
prinsip Penciptaan Suasana Belajar Koperatif. Ada 3
prinsip dalam pembelajaran mata pelajaran matematika adalah :
- Bermula dari konkret, semi konkret, dan
abstrak
-
Pemberian latihan yang cukup
-
Penerapan ke dalam berbagai situasi.
Kegiatan pembelajaran terbagi
menjadi empat tahapan antara lain :
-
Tahap penjelasan
-
Tahap penyelesaian tugas
-
Tahap penilaian hasil belajar
-
Tahap penilaian kualitas kerjasama
2.
penjatahan waktu.
Pertemuan hari tanggal waktu pokok bahasan / sub pokkok bahasan
1 ............. ........ Bilangan : Nilai tempat puluhan ,
satuan,
Pola bilangan
3.
Satuan Pelajaran.
a. Pokok
Bahasan : Bilangan.
b. Sub
Pokok Bahasan : 1).
Nilai tempat , puluhan dan satuan.
2). Pola Bilangan.
3).
Penjumlahan, puluhan dan satuan.
4).
Bilangan urutan
c. Tujuan
Pembelajaran Umum.
Siswa memahami penjumlahan bilangan cacah
dan sifatnya.
- Tujuan Pembelajaran Khusus : Siswa kelas 1 SD dapat :
1).
Menentukan nilai tempat bilangan puluhan dan satuan.
2).
Menuliskan bilangan 1 sampai dengan 10.
3).
Menjumlahkan bilangan puluhan dan satuan.
4).
Menentukan letak urutan tanda-tanda
e. sumber.
Wirasto, et.al ( 1986)Matematika 1 a untuk
SD,jakarta Depdikbud PP79 – 85.
f.
Banyaknya pertemuan : 2 X pertemuan @ 2 X 30 menit.
g. Proses Mengajar: ( lihat pertemuan 1 dan 2 ).
1. Pertemuan 1 ( 2 X 30
menit ).
2. Tahap Penjelasan : Siswa
diajak menentukan banyaknya puluhan dan satuan.
3. Tahap Latihan.
Mengajarkan latihan berupa soal-soal seperti :
lembar latihan 2.
Nama siswa :
Kelompok :
A.
Isilah -------à 3 puluhan = .....
B.
Isilah dengan urutan yang benar ! 35, 36, 37, ...., ....
B. PEMBELAJARAN KOMPETITIF YANG SEHAT.
Prestasi belajar tergantung pada besarnyausaha dan
besarnya usaha tergantung tingginya motivasi. Makin tinggi motivasi belajar
anak makin besar pula usahanya. Sehingga pada gilirannya makin tinggi pula
prestasi belajarnya. Agar guru dapat menciptakan suasana belajar kompetitif
yang sehat atau yang dapat membangkitkan motivasi, maka secara khusus dibahas
mengenai hakikat suasana belajar kompetitif, baik yang tidak sehat maupun yang
sehat.
- Hakekat pembelajaran Kompetitif.
-
Pembelajaran kompetitif hanya dikaitkan dengan berbagai
usaha untuk kebajikan atau yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat manusia.
-
Pembelajaran kompetitif hendaknya digunakan hanya untuk
mencapai tujuan belajar kognitif taraf rendah atau yang bersifat hafalan tetapi
sangat diperlukan dalam kehidupan . Misalnya menghafal perkalian 1 sampai 10,
urutan abjad, nama hari, nama bulan.
-
Pembelajaran kompetitif hendaknya hanya digunakan untuk
bersenang senang atau pelajaran yang membosankan tetapi sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Misalnya berlari, berenang.
-
Pembelajaran kompetitif akan efektif bila anak-anak atau
kelompok yang saling berkompetisi memiliki kemampuan seimbang.
Berdasar uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa suasana belajar kompetitif dapat meningkatkan prestasi
belajar anak jika penggunaannya harus hati-hati
Pembelajaran kompetitif yang tidak sehat.
Pembelajaran kompetitif yang
tidak sehat yaitu pembelajaran yang menciptakan suasana
kompetitif antar anak yang
memiliki kemampuan berbeda-beda. Pembelajaran kompetitif yang tidak sehat tidak
hanya buruk bagi upaya pengembangan kepribadian anak yang sehat. Ada berbagai
alasan untuk menjelaskan betapa tidak efektifnya pembelajaran kompetitif dalam
kelas yang anak-anaknya berkemampuan heterogen. Berbagai alasan tersebut antara
lain :
a.
Menimbulkan keputusasaan bagi anak berkemampuan rendah.
b.
Menimbulkan kompensasi yang negatif bagi anak yang kalah.
c.
Menimbulan kecurangan diantara anak-anak.
d.
Menimbulkan rasa permusuhan diantara anak-anak.
e.
Kurang memberikan latihan ketrampilan sodial.
f.
Menghambat tumbuhnya gagasan kreatif.
g.
Menghambat perkembangan ketrampilan metakognitif.
h.
Menimbulkan kebosanan bagi anak-anak berkemampuan tinggi.
i.
Kurang menjadi acuan bagi tumbuhnya kepribadian sehat.
- Pembelajaran kompetitif yang sehat.
a. kompetisi
antar individu.
Berkemampuan
setara .
Kelas
dibagi tiga kelompok berkemampuan setara ,mencakup anak berkemampuan tinggi,
sedang, dan rendah.Pengelompokan anak hendaknya dilakukan dengan hati-hati.agar
anak tidak mengetahuinya.
b. kompetisi antar kelompok berkekuatan seimbang.
Dalam kelompok anak-anak harus saling membantu dan saling
mendorong antara
sesama agar dapat mengalahkan kelompo lain. Anggota
kelompok hendaknya
berbeda-beda sesuai dengan perubahan
mata pelajaran.
- Kompetisi dengan standar nilai minimum.
Anak yang
memperoleh nilai 6 biasanya dinyatakan sebagai anak yang mencapai tingkat
keberhasilan sedang. Artinya semua anak harus mencapai minimum nilai 6
atau lebih dianggap menang berhak memperoleh hadiah dapat berupa bintang atau pujian.
- Kompetisi dengan diri sendiri.
Kompetisi
ini didasarkan semboyan ” hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari
esok harus lebih baik daripada hari ini ”.
C. PEMBELAJARAN MODEL INDIVIDU.
Pembelajaran model individual memberikan kesempatan
kepada setiap anak untukbelajar dengan kecepatan yang sesuai dengan kemampuan
mereka sendiri.
Pola penilaian dalam sistem pembelajaran individual :
-
Guru menerapkan standar untuk setiap siswa.
-
Jika siswa tersebut melampaui standar dia akan dinilai A.
-
Jika tidak melampaui standar , nilai C atau D
-
Nilai anak ditentukan bukan atas rata-rata kelas
melainkan atas standar yang telah ditetapkan berdasarkan kompetisi tertentu
sesuai hasil asesmen.
Beberapa asumsi yang mendasari pembelajaran individual :
-
Setiap peserta didik dapat relajar sendiri tanpa atau
dengan sedikit bantuan dari guru / orang lain.
-
Setiap peserta didik adalah unik dengan segala kebiasaan,
emampuan, minat dan bakat serta kecepatan belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar