Senin, 25 Januari 2016

Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar



BAB  VII
KESULITAN  MEMBACA

Membaca merupakan aktifitas auditif dan visual untuk memperoleh makna dan simbul  berupa huruf atau kata . Aktifitas  membaca dua proses  yaitu : proses decoding  yang dikenal dengan istilah membaca teknis , dan proses pemahaman .Membaca teknis adalah proses pemahaman atas hubungan antara huruf (grafim ) dengan bunyi (morfim )atau menterjemahkan kata-kata tercetak menjadi bahasa lisan atau sejenisnya.

PEROLEHAN  BAHASA PADA  ANAK.
            Ada 3 teori yang menjelaskan  perkembangan bahasa pada anak , yaitu  : model behaviorist , model linguistik dan model kognitif.
  1. Model Bihavioristik.
Inti model Behavioristik adalah Language is afunctionofreinforcement. Orang tua mengajar anaknya berbicara dengan memberikan reinforcement / penguatan (prinsip behaviorism ) terhadap tingkah laku verbal.Dengan  pemberian reinforcement ini anak belajar memberi nama pada benda-benda secara tepat.  Menurut teori ini anak- anak merupakan tabularasa .

  1. Model Linguistik.
Chomsky (dalam Jo Ann Brewer 1992 ) adalah tokoh yang mengembangkan model Linguistik. Menurut pendapatnya  anak-anak dilahirkan sudah dilengkapi dengan kemampuan untuk berbahasa. Melalui kontak dengan lingkungan social kemampuan berbahasa tersebut akan tampak dalam perilaku berbahasa .Menurut Chomsky  seorang anak bukanlah tabularasa ,
melainkan telah mempunyai faculty of  Language  ( Faculty = kemampuan untuk berkembang dan untuk belajar ).Faculty ini semata-mata hanya  berupa factor linguistik .                                

  1. Model Kognitif.
Kelompok ini diwakili  oleh Piaget, Bruner dan Vigosky (dalam Jo Ann Brewer , 1992 ) Model ketiga ini adalah pandangan  terbaru  mengenai  perolehan bahasa pada anak- anak ialah pandangan yang disebut Model  Proses ( Process Models ) Atau analis strategi (S. Marat , 1983 ), inti dari pendekatan Kognitif adalah  suatu model positif untuk bahasa , yang mencoba menjelaskan bagaimana  bahasa itu diproses secara kognitif, dan manifestasinya dalam tingkah laku. Model Kognitif  berusaha menghubungkan  segi Performance dansegi  competence , hal mana  belum pernah diungkapkan  hubungannya oleh kedua pendekatan terdahulu.Hubungan antara bahasa dan perkembangan kognitif ditinjau dari perspektif  psikolinguistik  dewasa ini diterangkan sebagai berikut  :
Bahwa anak-anak dapat belajar bahasa memang berkat adanya hal-hal Inate , tetapi hal-hal yang inate ini bukan  a set of  edeas  seperti yang diungkapkan oleh  aliran rasionalis (Chomsky dan kawan-kawan), melainkan  berupa kapasitas kognitif dan kapasitas untuk belajar .

PENGAJARAN BAHASA DALAM KURIKULUM.

            Anak-anak yang mengalami kesulitan membaca harus ditangani  sedini mungkin , sehingga masalahnya tidak  semakin membesar. Langkah penanganan pada anak yang mengalami kesulitan membaca , meliputi tahap assesment  atau pengukuran dan  treatment atau penanganan .Assesmen bertujuan  untuk mengetahui secara pasti jenis masalah yang dihadapi oleh anak .
Materi membaca meliputi keterampilan membaca teknis dan  membaca pemahaman.

1.Membaca Teknis.                                                                       
Membaca  Teknis adalah : proses decoding atau mengubah simbol – symbol  tertulis berupa huruf atau kata menjadi system bunyi  atau yang sejenisnya. Proses ini juga disebut  pengenalan kata.Dalam proses membaca teknis ada beberapa keterampilan yang  dipersyaratkan  . Keterampilan pertama disebut konfigurasi  yaitu pengenalan secara global bentuk huruf atau kata.Keterampilan kedua disebut analisis konteks yaitu memanfaatkan kata-kata  petunjuk lain di sekitarnya untuk menerka makna suatu kata. Analisis konteks ini dapat bersifat structural artinya memanfaatkan  pengetahuan tata bahasa , atau bersifat semantik  artinya memanfaatkan tentang arti  kata. Keterampilan ketiga adalah penguasaan kosa kata  pandang (sigt vocabulary ) yaitu kata-kata yang dapat dibaca dengan mudah oleh anak tanpa berpikir lagi.
 Keterampilan keempat   adalah analisis fonik : yaitu memahami kaitan antara huruf dan bunyi  pada kata . Keterampilan ini meliputi pengetahuan tentang konsonan, vocal, konsonan ganda ,bunyi hidup, bunyi mati, bunyi sempurna dan sebagainya.
Keterampilan kelima adalah analisis structural  yaitu pemahaman atas strutur bahasa , termasuk di sini  misalnya pengertian bahwa suku kata terdiri  atas vocal dan konsonan , berbagai imbuhan kata , dan maknanya,  tanda baca, jenis kata , kata majemuk ,
            Secara lebih operasional , proses membaca teknis atau pengenalan kata menuntut  kemampuan sebagai berikut :
 a.Mengenal huruf kecil dan huruf besar pada alphabet.
b. Mengucapkan bunyi (bukan nama ) huruf terdiri  atas  :
1)       Konsonan tunggal ( b, d , h, k , ……).
2)       Vokal  (a, i , u   ……………………..).
3)       Konsonan ganda  (  kr ,  gr,  tr……………   
4)       Diftong  (ai, au, oi                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                               
c. Menggabungkan bunyi membentuk kata  ( saya, ibu ) ;
d. Variasi bunyi  ( / u / pada kata “ pukul  “ , / o / pada  kata  “ toko “dan “ pohon “ ).
e. Menerka kata menggunakan konteks
f. Menggunakan analisis struktural untuk identifikasi kata  ( kata ulang, kata majemuk, imbuhan ).

2. Membaca Pemahaman.
 Membaca pemahaman meliputi beberapa komponen  :Komponen pertama adalah pengembangan kosa kata .Penguasaan kosa kata sangat penting untuk memahami  kata-kata  yang dipakai oleh penulis. Kegiatan pengembangan kosa kata yang dapat dilakukan , misalnya  memberikan pengalaman yangbermakna  ( menyediakan buku-buku, memperkenalkan dengan orangbaru atau lingkungan baru )
Komponen kedua disebut pemahaman literal  yaitu memahami dan mengingat informasi secara  tersurat pada wacana .Keterampilan yang diperlukan pada pemahaman meliputi  : mencari
pokok pikiran bacaan, beberapa informasi  rinci yang penting, urutankejadian,dan menjawab pertanyaan bacaan.Komponen ketiga disebut  pemahaman inferensial  yaitu  menarik kesimpulan dari  informasi yang tersurat berdasrkan instuisi dan pengalamannya. Istilah ini juga disebut pemahaman tersirat .Beberapa aktivitas membaca  misalnya : mencari hubungan sebab akibat,  mengantisipasi  lanjutan cerita.Komponen keempat adalah membaca kritis atau evaluatif  yaitu membekan  penilaian materi wacana berdasarkan pengalaman, pengetahuan,dan kriterianya sendiri .

Secara lebih operasional  membaca pemahaman menuntut  kemampuan  berikut  :               
  1. Mengingat pokok pikiran wacana tertulis.
  2. Mengingat urutan kejadian atau pendapat.
  3. Mencari jawaban atas pertanyaan  rinci wacana tertulis.
  4. Mengikuti petunjuk tertulis.
  5. Mencari hubungan sebab akibat.
  6. Membuat simpulan berdasarkan wacana tertulis.
  7. Mengetahui kejanggalan isi wacana.
  8. Mengenal materi factual ataufiktif.
  9. Memanfaatkan daftar isi dan indeks buku.
  10. Membaca table,diagram, peta.
  11. Memanfaatkan berbagai makna dari satu kata.


PERKEMBANGAN KETERAM PILAN MEMBACA
            Materi pengajaran membaca tersusun secara herarkis dari yang paling sederhana ( kaitan huruf dengan bunyi ) sampai  pada keterampilan yang paling kompleks (membaca kritis ).
Keterampilan membaca berkembang melalui beberapa tahap, yaitu
Tahap pertumbuhan  kesiapan membaca, tahap awal  belajar membaca, tahap perkembangan keterampilan membaca, dan penyempurnaan keterampilan membaca.

1. Tahap Pertumbuhan Kesiapan Membaca.
Kesiapan membaca merupakan kompetensi yang harus dikuasai ….
dikuasai oleh  oleh setiap anak untuk mulai  belajar membaca.Kompetensi dimaksud misalnya : membedakan  berbagai bentuk bangun, warna , ukuran, arah dan sebagainya.

2. Tahap Awal Belajar membaca.
Biasanya pengajaran membaca dimulai di kelas I SD, meskipun ada anak yang  sudah dapat membaca sebelum masuk  SD, atau sebhaliknya ada anak yang belum siap membaca meskipun sudah masuk kelas I SD. Pada awalnya belajar membaca memang sulit, karena anak harus mencoba menerka banyak symbol /  huruf.

Ada dua (2 ) jenis pengajaran membaca yanfg  sering dipakai  pada tahap ini .
Pendekatan pertama menekankan pemahaman symbol(code emphasis ) , pada pengenalan  ini menekankan  pengenalan System symbol  (huruf ) bunyi sedini mungkin.Pendekatan kedua  menekankan  belajar membaca kata dan kalimat secara utuh ( meaning  amphasis ) .  Dengan membaca berbagai kata, anak diharapkan dapat mencari sendiri  system huruf bunyi yang
berlaku.

 3.Tahap Perkembangan Keterampilan Membaca.
            Tahap ini merupakan kelanjutan tahap membaca globaldan membaca unsur, tahap ini juga disebut  membaca tanpa memikirkan unsure-unsurnya.

4. Tahap Penyempurnaan Keterampilan Membaca.
            Mulai kelas 4 SD , anak normal sudah merasakan nikmatnya  membaca , kegiatan membaca tidak lagi ditekankan pada teknik membaca,tetapi sudah pada makna bacaan.
Tugas guru adalah mendorong dengan menyediakan atau menunjukkan  sumber bacaan di Perpustakaan,.                                 


ASESMEN KESULITAN MEMBACA
            Asesmen (pengukuran ) adalah : proses pengukuran  secara pasti jenis kesulitan belajar yang dialami oleh anak , untuk keperluan diagnostik .Banyak masalah membaca yang dapat diamati pada anak berkesulitan membaca .  Berdasrkan hasil penelitian , jenis kesulitan yang sering ditemukan  antara lain  sebagai berikut :

1.Kesulitan mengidentifikasi kaitan bunyi huruf . Tidak lancar  atau membuat kesalahan pada waktu membaca bersuara merupakan  gejala yang banyak ditemukan pada anak berkesulitan membaca.
2. Kebiasaan arah membaca yang salah . Arah membaca tulisan latin selalu dari kiri ke kanan , karena gangguan persepsi atau syaraf , banyak anak berkesulitan belajar yang sulit mengendalikan arah mata secara konsisten pada waktu membaca.
3.Kelemahan kemampuan pemahaman .
Banyak anak yang mengeja dapat membaca kalimat, namun tidak mengerti  makna kalimat , pada tingkat yang lebih lanjut  kelemahan kemampuan pemahaman terlihat pada gejala ketidakmampuan mencari informasi tertentu pada bacaan.


4.Ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan jenis bacaan.
Ada berbagai jenis bacaan  antara lain : puisi, cerita fiktif , sejarah,buku pelajaran, kamus dan lain-lain. Anak berkesulitan membaca Sering tidak melihat perbedaan tersebut .

5.Kelemahan dalam hal kecepatan membaca.
Untuk mengetahui  secara pasti jenis kesulitan  yang dialami anak , ada dua macam prosedur , yaitu  asesmen formal , yang dilengkapi dengan petunjuk pelaksanaan tes ,kunci jawaban , cara menafsirkan  hasilnya , dan alternatif penanganannya .  Namun di Indonesia tes semacam itu belum dikembang kan . Maka guru harus mengandalkan asesmen informal .
Beberapa prosedur asesmen informal  yang dapat dipakai :

 Guru dapat mengadakan observasi harian secara teliti.
 Pada waktu mengadakan observasi  hal-hal yang perlu diperhatikan :
a.       Bagaimana sikap anak terhadap kegiatan membaca.
b.       Minat khusus anak yang dimiliki dalam membaca.
c.       Apakah anak mencapai kemajuan dalam membaca ?
d.       Kelebihan dan kelemahan anak waktu membaca ?
e.       Apakah anak harus mengeja dalam membaca bersuara ?
f.        Dan lain-lain.

2). Daftar Kata Bergradasi .
 Daftar kata bergradasi dapat dipakai untuk melihat kemampuan anak mengenal kata.
Secara lebih rinci dapat digunakan  :
a.menunjukkan kemampuan  kosa kata pandang anak.
            b.memperkirakan tingkat penguasaan kosa kata anak.
            c. menunjukkan kelemahan  anak menghadapi kata baru dalam membaca.

3).Inventori Membaca Informal.
Pada daftar kata bergradasi hanya mengukur  kemampuan membaca teknis (khususnya pengenalan kata ). Inventori Membaca Informal lebih menekankan kemampuan pemahaman, juga dapat dipakai untukmembaca teknis.

4). Prosedur Cloze.
Prosedur Cloze dapat digunakan  sebagai metode informasi untuk mengukur tingkat kemampuan membaca dan pemahaman.Prosedur cloze dapat diberikan secara individual atau klasikal.
5.Tes Berdasarkan Kurikulum.Guru dapat menyusun tes informasi untuk mengukur secara cepat tujuan instruksional tertentu . Tujuan khusus berkaitan dengan pokok bahasan tertentu , misalnya kata dengan suku kata menggunakan huruf  i, n, u , a,  b  (ibu,abu, babu, bibi ).Atau kata dengan suku kata berakhitan konsonan menggunakan hurufi, n, b , u, m , a( main, minum ).

MENANGANI KESULITAN MEMBACA.
            Secara garis besar ada dua (2)  macam pendekatan dalampengajaran  membaca permulaan  :
-          Pendekatan  berdasarkan symbol (code emphsis ).
-          Pendekatan berdasarkan makna (meaning emphasis ).
Perbedaan antara kedua pendekatan tersebut  terletak pada cara mengajarkan . Pendekatan  berdasarkan symbol menekankan  keteraturan kaitan antara huruf dan bunyi. Tujuan akhirnya agar anak dapat mengucapkan apapun yang tertulis, meskipun tidak berupa kata.Pendekatan  berdasarkan makna  lebih menekankan  pada kemampuan  mengenal dan membaca kata-kata yang bermakna.

1. Pengajaran Membaca Permulaan.
Ada beberapa metode yang sering dipakai  untuk pengajaran membaca  permulaan  :
            a. Metode Membaca  B a s a l
Program pengajaran dengan metode basal terdiri atas beberapa set yang tersusun menurut tingkat kesukarannya, masing –masing terdiri atas teks bacaan dan materi pelengkap, seperti buku kerja, kartu huruf huruf, tes awal , tes akhir, dan film strip.
Garis besar langkah mengajar dengan metode basal  sebagai berikut :
Ø  Memberikan motifasi kepada anak.
Ø  Memberikan konsep atau kosa  kata baru sebagai pengantar.
Ø  Membimbing anak membaca dengan mengajukan pertanyaanyang sebenarnya menjadi tujuan membaca.
Ø  Mengembangkan  keterampilan lebih lanjut , dengan tugas-tugas dari buku kerja atau latihan tambahan.
Ø  Memberi tugas sebagai aplikasi  keterampilan yang baru dipelajari.
Ø  Evaluasi.
Karena banyaknya  materi yang harus disiapkan, di Indonesia  belum pernah disusun bahan  pelajaran membaca permulaan  yang dapat dipakai dengan metode basal.

            b. Metode  E j a
Metode eja mengajarkan  membaca teknik dengan melalui asosiasi Antara grafem ( huruf ) dengan morfem ( bunyi ).Setelah menguasai vocal dan konsonan ,  anak belajar membaca dengan menggabungkan bunyi menjadi suku kata dan suku kata menjadi  kata.
Kelemahan metode  E j a  :
 - Terlalu menekankan menekakan ucapan kata dapat mengorbankan kemampuan pemahaman.
 - Ada kata-kata perkecualian dalam asosiasi huruf bunyi, misalnyahuruf o , pada kata toko  dan  kata pohon. Anak mungkin bingung pada tahap awal.
- Banyak anak menalami kesulitan menggabung huruf  secara lepas lepas anak dapat menghafal  bunyinya.

            c. Metode Linguistik
Metode mengajar membaca  Linguistik  sangat menekankan  komuni kasi lisan. Metode linguistik menekankan pengajaran membaca secara utuh. Latihan membaca huruf atau menggabungkannya tidak diberikan.
Perbedaan metode Linguistik  dengan metode Eja  terletak pada fokus pengajarannya, yaitu pada kata utuh bukan pada bunyi-bunyi terisolasi.  Perbedaan antara metode Linguistik  dengan metode Basal  terletak pada penemuan system isolasi hurufbunyi sebelum beralih ke
pemahaman.
Beberapa kelebihan metode Linguistik  :
  • Tekanan pada hubungan antara fonim dan grafim , mmembantu anak menyadari, bahwa membaca bahasa lisan yang ditulis.
  • Pola visual antara bunyi huruf secara konsisten disajikan kepada anak.
  • Anak belajar membaca dan mengeja kata secara utuh.
  • Kesadaran tentang kalimat sejak dini telah ditanamkan.
  • Pengajaran membaca dikaitkan dengan pengetahuan bahasa
anak sendiri.

Kelemahan metode Linguistik :
Ø  Kurangnya penekanan pengebangan pemahaman pada tahap awal.
Ø  Kosakata terkendali  dan penggunaan kata-kata tidak bermakna mengurangi makna pemahaman.
Ø  Anak terdorong untuk membaca kata demi kata.
Ø  Metode ini menekakankan keterampilan auditori memori.
Ø  Tidakada kesepakatan antara ahli bahasa tentang  teknik  mengajarkannya.



            d.Metode Pengalaman Bahasa
Metode Pengalaman Bahasa ( language  experience ) menekankan pengintegrasian pengembangan keterampilan membaca dan  yang lain yaitu mendengarkan, berbicara, dan menulis.Pola pikir dari metode pengalaman bahasa  adalah , bahwa anak dapat mengatakan  apa yang dipikirkan, apa yang dipikirkan dapat ditulis,dan anak dapat membaca apa yang ditulis.Ada beberapa kelebihan yang terlihat dari metode  pengalaman bahasa antara lain sebagai berikut :        
                                           
Metode ini dapat mengintegrasikan empat keterampilan berbahasa sekaligus.
a.       Metode pengalaman bahasa , memanfaatkan pengalaman untuk pengajaran bahasa.
b.       Kreatifitas anak berkembang.
c.       Motivasi belajar membaca tinggi.
Kelemahan metode pengalan bahasa , pengajaran membaca menjadi kurang terstruktur  dan kurang sistematik.

PROGRAM  REMEDIAL  MEMBACA
            Pengajaran remedial direncanakan bagi anak-anak yang mengalami kesulitan belajar , yaitu anak yang tidak dapat membaca atau yang kemampuannya ketinggalan satu tingkat  atau lebih dengan teman-teman lainnya.Ada beberapa pendekatan yang dapat dipakai  antara lain : pendekatan multi sensori, pendekatan modifikasi abjad, dan pendekatan kesan neurologis.

1.       Pendekatan Multisensori.
Pendekatan Multisensori  berdasarkan atas asumsi, bahwa akan dapat belajar dengan baik, jika  materi pengajaran disajikan dalam berbagai modalitas, antara lain visual (penglihatan ) , tactile ( perabaan  ) kinesthetik  (gerakan ), dan auditory ( pendengaran ). Keempat  modalitas  tersebut dikenal dengan VAKT.Ada dua metode mengajar yang  menggunakan  pendekatan multisen-sori , yaitu yang dikembangkan oleh Ferland  dan  Gillingham . 
       
 a. Metode Ferland
Anak dilatih membaca kata secara utuh yang dipilih dari cerita yang dibuat oleh anak itu sendiri. Dengan demikian, tidak ada  kegiatan memperkenalkan nama huruf atau bunyi secara individual.

Metode Ferland meliputi 4 (empat ) tahap :
 Tahap 1: Anak memilih kata yang akan dipelajarinya , guru menuliskannya  besar-besar , anak kemudian menelusuri kata dengan jarinya,sambil menelusuri anak mengucapkan kata itu keras-keras.Dengan  kata –kata yang sudah dikuasainya, anak dapat membuat cerita .
Tahap 2 : Anak belajar dengan kata yang ditulis guru  , mengucapkan dan menyalinnya, anak didorong untuk  menyusun cerita dan mempertahankan  kata yang sudah dikuasainya.
Tahap 3 : Anak belajar membaca dari kata-kata  atau kalimat  yang sudah dicetak. Anak melihat kata, mengucapkannya, kemudian menyalinnya. Tugas guru memantau apakah semua kata masih diingatnya.
Tahap 4 : Anak sudah mampu mengenal kata-kata baru , dengan membandingkannya dengan kaata-kata yang sudah dipelajarinya, anak dapat dimotivasi untuk memperluas materi bacaannya.

b. Metode Gillingham
Metode Gillingham sangat terstruktur dan berorientasi pada  kaitan antara bunyi dan huruf. Setiap huruf diajarkan dengan metode multisensori . Kartu huruf  dibuat warna berbeda antara vocal  dan konsonan , dan setiap kartu memuat satu huruf dalam bentuk kata kunci beserta gambar, misalnya  huruf  b  disajikan  dengan  kartu bergambar bola, dengan tulisan  bola di bawahnya dan huruf  b  dicetak tebal.Seperti  halnya metode Ferland, metode Gillingham hanya dapat dipakai  untuk remediasi secara individual.

2.       Metode Modifikasi Abjad                                                                
 Metode Moodifikasi  Abjad telah banyak dipakai untuk anak  berkesulitan membaca pada bahasa yang kaitan antara  huruf dan bunyinya tidak selalu konsisten. Dalam bahasa Inggris, misalnya  huruf  a  dapat dibaca /e/, /ei/, atau  /a/. Huruf  /f /  dapat bdilambangkan oleh huruf f, gh,atau  ph, misalnya kata  “ enough “  dapat ditulis  “inaf “, kata“phone” akan ditulis “fon “.Dalam bahasa Indonesia, metode ini tidak banyak bermanfaat, karena kaitan  antara  huruf dan bunyinya  relatif konsisten .                 
3.Metode Kesan Neurologis
Metode Kesan Neurologis terdiri atas kegiatan membaca bersama-sama secara cepat antara guru dan murid . Asumsi dasarnya adalah bahwa anak dapat belajar  dengan mendengar susaranya sendiri  dan suara orang lain yang membaca materi yang sama.
Pada awalnya guru membaca lebih keras dan lebih cepat  dari pada Anak, anak didorong untuk menjaga kecepatan membacanya,dan tidak terlalu risau dengan salah baca











































BAB IX

A. HAKIKAT BERHITUNG.
            Berhitung bagian dari matematika. Menurut Moris Kline menyatakan bahwa hampir semua cabang matematika berjumlah delapan puluh cabang besar selalu ada berhitung. Ilmu hitung adalah suatu bahasa yang digunakan menjelaskan hubungan proyek,kejadian, dan waktu. Bahasa itu berbentuk lambang / simbol yang mempunyai arti,bersifat konsistendan deduktif. Dengan simbol yang sangat sederhana misalnya ” + ” dikandung makna yang sama bagi setiap orang yang menggunakannya, yaitu konsep penjumlahan. Sifat deduktif ditunjukkan oleh adanya tata urutan logis atau keterkaiatan prasyarat antara pengertian yang mencakup dalam materi berhitung. Contoh pengertian 5³ (perpangkatan) hanya mungkin dipahami bila perkalian dikuasai Perlunya anak belajar berhitung tidak perlu diragukan lagi sebab hampir setiap kehidupan orang tidak lepas dari dimensi hitung menghitung.

B. MENGENAL ANAK BERKESULITAN BELAJAR BERHITUNG.
1.       Hakekat kesulitan berhitung.
Kesulitan berhitung disebut juga diskakula . yang berat disebut akalkulia. Istilah ini memiliki konstasi medis yang memandang adanya keterkaiatan antara kesulitan belajar berhitung karena banyak faktor yang menjadi penyebab anak memperoleh nilai hasil belajar berhitung yang rendah.
2.       karakteristik anak berkesulitan berhitung.
Menurut Herner ( 1988 ). Ada berbagai karakteristik anak berkesulitan berhitung antara lain :
a.       Kesulitan memahami konsep hubungan keruangan.
b.       Kesulitan memahami konsep waktu.
c.       Kesulitan memahami konsepkuantitas.
d.       Kesulitan memahami konsep relasi antar nilai dalam matematika.
e.       Memiliki gangguan persepsi visual
f.        Kesulitan melakukan variasi visual – motor.
g.       Perseverasi.
h.       Kesulitan dalam mengenal dan memahami konsep.
i.         Memiliki gangguan penghayatan tubuh.
j.         Kesulitan berbahasa dan membaca.
k.       Memiliki skor PIQ ( Performance Inteligence Quontient ) jauh lebih rendah daripada skor VIQ ( Verbal Inteligence Quontient ).

C. KEKELIRUAN UMUM ANAK BERKESULITAN BELAJAR BERHITUNG.
  1. Kekurangan pemahaman tentang simbol.
  2. kekurangan pemahaman tentang nilai tempat.
kekurangan pemahaman dalam melakukan perhitungan ( komputasi) anak tidak memahami konsep penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian.
  1. Penggunaan proses menghitung yang keliru. Kekeliruan dalam proses menghitung dapat dilihat dari contoh dibawah ini :
a.       Menukarkan simbol        
b.       Satuan dan puluhan dijumlah tanpa memperhatikan nilai tempat.
c.       Alogaritma yang keliru dan tidak memperhatikan nilai tempat.

d.       Digit ditambahkan ke kanan dan tidak memperhatikan nilai tempat.
e.       Dalam penjumlahan puluhan digabung dengan satuan.
f.        Bilangan besar dikurangi bilangan kecil tanpa memperhatikan nilai tempat.
g.       Bilangan yang telah dipinjam nilainya tetap
h.       Tulisan tidak dapat dibaca.




D.BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PENGAJARAN BERHITUNG.
  1. Pendekatan Berdasarkan Teori Perkembangan kognitif.
Menurut Piaget perkembangan kognitif mengikuti umum mencakup 4 tahapan antara lain adalah :
1)       Sensori motor yaitu umur            0- 2  tahun.
2)       Pra operasional                          2 – 7  tahun.
3)       Operasional konkrit.                   7 – 11 tahun
4)       Operasional formal                     11 th ke atas.
 Pengajaran  yang tidaksesuai perkembangan akan kesulitan dan menghambat perkembangan kognitif selanjutnya.

  1. Pendekatan Belajar Tuntas.
Pendekatan ini menekankan pada pengajaran berhitung langsung dan terstruktur. Langkah-langkah :
1)       Menentukan sasaran / tujuan pembelajaran.
2)       Menguraikan langkah kecilmencapai tujuan.
3)       Menentukan langkah yang dikuasahi anak.
4)       Mengurutkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan.
5)       Melaksanakan kegiatan pembelajaran.
6)       Mengevaluasi keberhasilan belajar anak.

  1. Pendekatan ketrampilan proses.
Berupaya anak supaya berkembang strategis belajar kognitif yang mengarah agar anak memahami proses belajar sendiri.untuk kemampuan berfikirnya.

  1. Pendekatan pemecahan Masalah.
Dalam melaksanakan pendekatan ini sebaiknya :
a)       Baca apa yang ditanyakan.
b)       Baca kembali informasi yang diperlukan.
c)       Pikirkan.
d)       Pemyelesaian masalah.,tulispersamaannya.
e)       Periksa hitung kembali dan banding.

Contoh mengajarkan soal cerita kepada anak berkesulitan berhitung:
-          ibu membeli 10 telur harganya Rp 100 tiap butir.
-          Ibu membeli gula 2 kg harganya Rp 2.000,/ kg.
Ibu membawa uang Rp10.000.
Berapa uang kembalian yang diterima ibu?
Langkah penyelesaian
    1. memahami masalah.
Apa yang dibeli ibu? Berapa telur yang dibeli ibu?
Berapa harga satu butir.
Berapa harga satu kg gula?
Berapa nilai uang yang dibayar ibu?
    1. Merencanakan pemecahan masalah.
Ø  menghitung harga 10 butir telur.
Ø  Menghitung harga gula..
Ø  Menghitung harga barang yang dibeli.
Ø  Menghitung uang kembalian yang diterima.
    1. Melaksanakan pemecahan masalah.
Harga 10 butir telur 10 X Rp 100 = Rp 1.000
Harga 2 kg gula 2 X Rp 2.000 = Rp 4.000.
Jumlah harga
    1. Memeriksa kembali.
Menghitung kembali dan mencocokan hasilnya.

E. ASESMEN KESULITAN BELAJAR BERHITUNG.
  1. Asesmen Formal.
Asesmen berupa tes didasarkan validitas tertentu. Instrumen asesmen formal memerlukan perhitungan reliabelitas dan tiap butir perlu dikaliberasi untuk mengetahuidaya pembeda dan derajat kesulitannya. Ada yang digunakan untuk kelompok atau individual. Dua jenis instrumen asesmen berhitung dalambentuk baku :
-          tes kelompok baku. ( diuji dahulu validitas dan reliabelitasnya).
-          Tes kelompok individual.( memberikan informasi diagnostik kelompok).

  1. Asesmen Informal.
Merupakan cara terbaik memperoleh informasi penguasaan berhitung anak. Ada 4 jenis asesmen:
-          Metode inventori.
Untuk mengetahui ketrampilan anak berhitung secara tepat. Merupakan ketrampilan bagi anak TK dan SD . baik penjumlahan bersusun ( mendatar), pengurangan bersusun ( mendatar) , perkalian bersusun( mendatar ), pembagian mendatar ( bersusun )..
-          Tes penempatan.
Untuk memperoleh informasi penempatan anak sesuai tingakat penguasaannya dalam berhitung. Contoh tes penempatan :
Ketrampilan menghitung.
              1.  Menghitung dari 1. ( SAYA MAU KAMU MENGHITUNG DARI SATU  
                          HINGGA SEJAUH KAMU DAPAT ).
                     2. Menghitung garis. ( TUNJUK PADA KOTAK, MENGHITUNG GARIS PADA 
                         KOTAK ).
              3.Menggambar Garis.( Beri Anak Kertas dan Pensil : Gambarlah tiga baris garis,  
                 gambar enam baris.
     Ketrampilan simbol :
      1. Identifikasi angka. 2   4          5          7          2          1          0
          Tunjukan angka berapa! Jika gagal dilanjutkan dengan menuliskan simbol ( menulis   
         angka ). Tulis TM jika tidak menjawab.kalaumenjawab salah tulis angka yang 
         disebut  anak.
      2 Menulis angka.
         Instruksi : berikan anak kertas dan pensil , tuliskan angka 4 , kemudian angka 2 4          5          8          9          5      4
       Keterkaitan berhitung dengan konsep bahasa lebih besar lebih kecil .
       Instruksi : Katakan mana yang lebih besar 5 atau 7 ?
                        Katakan mana yang lebih kecil 8 atau 3 ?
           Catatan tanda + untuk jawaban benar.

LEMBAR CATATAN.
Nama anak             :
Hari dan tanggal ke :
Pengetes                :
a.       menghitung.
Menghitung mulai angka 1 – angka tertinggi yang dapat dihitung.
Menghitung garis
4 garis . 7 garis
Menggambar garis
3 garis 6 garis
b.       Ketrampilan symbol
Identifikasi 4      2          6          7          3          8          5          9          10
Menulis  4         2          6          7          3          8          5          9          10
c.       Keterkaitan berhitung dengan konsep bahasa.
5 atau 7
8 atau 3

  1. Asesmen didasarkan kurikulum
Untuk mengukur kemajuan belajar berhitung : menentukan kemampuan yang diukur, Menentukan kemampuan sederhana ke rumit, Mengembangkan instrumen , Melaksanakan tes, memeriksa tes, mencatat kekeliruan, menganalisa kekeliruan, memperkirakan penyebab, merumuskan tujuan pembelajaran, melaksanakan remedial.mengevaluasi.

  1. menganalisa kekeliruan anak.
Guru hendaknya dapat mendeteksi kekeliruan anak , guru hendaknya menjelaskan bagaimana cara penyelesaian masalah bagi anak., guru melakukan observasi cara anak melakukan  perbaikan  terhadap kekeliruan tersebut.

F. PENGAJARAN REMIDIAL BERHITUNG.
1.       Prinsip pengajaran berhitung.
Ada 7 prinsip pengajaran berhitung :
1)       Penyiapan anak untuk belajar berhitung.
2)       Mengembangkan konsep dari konkret ke abstrak.
3)       Memberikan kesempatan untuk berlatih dan mengulang.
4)       Generalisasi ke situasi baru.
5)       Bertolak dari kekuatan dan kelemahan anak.
6)       Membangun dasar yang kokoh konsep ketrampilan berhitung.
7)       Penggunaan kalkulator.

2.       Pengajaran Remedial Berhitung.
Dilaksanakan berdasar diagnosa ketidakmampuan berhitung. Diharapkan menguasahi 4 kategori : - pengajaran konsep
                - pengalaman belajar dengan bentuk konkret.
                - pengalaman belajar dengan bentuk semi konkret.
                - pengalaman belajar dengan bentuk konsep yang sesungguhnya.

3.       Pengajaran Tentang prosedur.
Materi berhitung dipelajari setelah anak menguasahi konsep bilangan dan simbol.

4.       Pengajaran tentang Ketrampilan Berhitung.
Diartikan membina kemampuan anak  mengingat , mencongak,berlomba, permainan dengan kartu bilangan, dan latihan menyelesaikan soal.

5.       Pengajaran tentang Pemecahan Masalah.
Untuk melatih kemampuan menyelesaikan masalah berhitung, dan memecahkan masalah yaitu : - latihan menentukan masalah dan unsur pemecahan.
           - Latihan prosedur penyelesaian.

        



BAB XI
PEMBELAJARAN KOPERATIF , KOMPETITIF , DAN INDIVIDUAL

Latar belakang.
  • Suasana pembelajaran sangat mempengaruhi terhadap hasil belajar lebih-lebih pada anak yang mengalami problem dalam belajar’
  • Ada beberapa model pembelajaran yang perlu mendapat perhatian para guru, khususnya di sekolah dasar. Diantaranya adalah pembelajaran koperatif , dan kompetitif serta individual.
  • Pembelajaran ini menekankan pada kemandirian dalam belajar dengan sedikit bantuan dari guru atau orang lain.
           
A. PEMBELAJARAN KOPERATIF
            Pembelajaran koperatif adalah pembelajaran yang lebih menekankan pada perlunya saling ketergantungan positif antar semua sumber daya lingkungan yang menunjang keberhasilan anak.
  1. Hakekat pembelajaran koperatif.
Falsafah yang mendasari homo homini socius : manusia adalah makhluk social yang perlu kerjasama . prinsip prinsip kerjasamadalam pembelajaran koperatif adalah saling ketergantungan positif ,akuntabilitas perorangan ,saling bertatap muka, komunikasi, dan evaluasi proses kelompok. Guru berperan sebagai perancang dan fasilitator pembelajaran murid sebagai pembelajaran semua proses yang dirancang dalam suasana kerjasama koperatif.
  1. Unsur-unsur dasar pembelajaran koperatif.
  1. saling ketergantungan positif.
  2. Interaksi tatap muka.
  3. Akuntabilitas individual.
  4. Komunikasi / hubungan interpersonal.
  5. Evaluasi proses kelompok
  1. Perbedaan pembelajaran koperatif dan tradisional
Dalam pembelajaran tradisional juga dikenal adanya belajar kelompok. Belajar koperatif dan belajar kelompok dalam pembelajaran tradisional . sepulih perbedaan tersebut adalah sebagai berikut :
a.                   saling ketergantungan positif. ( guru menuntun tiap anggota).
b.                   Akuntability tradisional. ( kelompok tradisional sering diborong seseorang dalam
      menyelesaikan tugas , yang lain mendompleng )
c.                   Kelompok heterogen
d.                   Pemilihan pemimpin melalui musyawarah untuk mufakat.
e.                   Penekanan pada penyelesaian tugas dan memperlakukan hubungan inter personal.
f.                    Ketrampilan sosial diajarkan secara langsung.
g.                   Guru memperhatikan proses kelompok belajar dan bekerja.

  1. Peran guru dalam pembelajaran koperatif.
    1. merumuskan tujuan pembelajaran yang terdiri : - Tujuan akademik dan tujuan ketrampilan bergotong royong. Tujuan akademik sesuai dengan taraf perkembangan anak / sesuai kurikulum.
    2. Menentukan jumlah anggota setiap kelompok belajar biasanya 2 – 6 anak.jumlah hendaknya kecil agar tiap anak aktif. Tiga faktor yang menentukan jumlah anggota tiap kelompok:- taraf kemampuan anak. Ketersediaan materi, dan waktu.
    3. Menempatkan anak dalam kelompok. Tiga pertanyaan penting dalam menempatkan anak.
1)       Apakah penempatan secara heterogen atau homogen?
      Penempatan hendaknya heterogen agar ada yang berkemampuan tinggi.
2)       Bagaimana menempatkan anak dalam kelompok?
Ada 2 jenis belajar koperatif : a. Berorientasi pada bukan tugas.
Menuntut kerjasama,saling tukar pikiran, b. Berorientasi pada tugas.
Menekankan adanya pembagian tugas. Misalnya melakssnakan kunjungan pariwisata harus ada ketua , sekretaris dll.
3)       Apakah anak bebas memilih teman?
Kebebasan ini menyebabkan kelompok menjadi homogen.
    1. Menentukan tempat duduk. Hendaknya disusun agar tiap anggota dapat bertatap muka. Terpisah antara kelompok satu dengan lainnya.
    2. Merencanakan bahan / meningkatkan saling ketergantungan. Ada 3 macam cara meningkatkan saling ketergantungan positif.:
    3. Menentukan peran anak / saling menunjang saling ketergantungan.
    4. Menjelaskan tugas akademik.menyusun tugas dengan jelas,menjelaskan tujuan belajar, menjelaskan berbagai konsep,pengertian, prosedur, mengajukan pertanyaan
    5. Menjelaskan kepada anak tentang tujuan dan keharusan bekerjasama.
    6. Menyusun akuntabilitas individual. Guru perlu sering melakukan pengukuran untuk mengetahui taraf penguasaan materi terhadap anggota.
    7. Menyusun kerjasama antar kelompok.
    8. Menjelaskan kriteria keberhasilan. Guru menerangkan kriteria yang akan dinilai.
    9. Menjelaskan perilaku yang diharapkan. Misalnya: mengaitkan pelajaran baru dengan pelajaran sebelumnya
    10. Memantau perilaku anak. Untuk mengetahui berbagai masalah yang muncul.
    11. Memberi bantuan kepada anak dalam menyelesaikan tugas. Jika dirasa perlu guru menjelaskan pelajaran/ mengulang prosedur.mengajarkan ketrampilan menyelesaikan tugas.
    12. Melakukan intervensi untuk mengajarkan ketrampilan bekerjasama. Memberi nasehat / memberi bimbingan untuk bekerja efektif.
    13. Menutup pelajaran. Guru perlu meringkas pelajaran ,memberi kesempatan kepada anak untuk untuk mengemukakan ide , bertanya.
    14. Menilai kulitas pekerjaan/ hasil belajar anak.
    15. Menilai kerjasama antar anggota kelompok.
    16. Rancangan pembelajaran koperatif. Sebelum mengajar guru membuat rancangan pembelajaran koperatif.
Contoh 1.
Rancangan pembelajaran koperatif
  1. sebelum pembelajaran berlangsung.
Kelas / smt       : 1 SD
Mapel               : Bahasa Indonesia
SK                    : menulis
KD                   : menulis spontan ( dikte)
Waktu               : 2 X 30 menit
Tujuan : tiap anggota kelompok saling mengajar menuliskan kata-kata
Tujuan pembelajaran :
            Menyebutkan rangkaian huruf yang membentuk suku kata.
            Menuliskan secara spontan katakata yang dimiliki

  1. prosedur pembelajaran.
  2. menutup pelajaran.
    1. menyampaikan hasil belajar. Guru menyampaiakan hasil belajar tiap anggota kelompok  dan anggota kelompok yang belum berhasil dibantu oleh anggota kelompok yang lain.
    2. Guru dan anak-anak membicarakan bagaimana kelompok belajar menjadi baik dan apa yang perlu diperbaiki selanjutnya.

Rancangan pembelajaran koperatif tidak harus untuk 1 kali pertemuan ,tetapi dapat beberapa kali pertemuan.
Contoh 2.
Rancangan pembelajaran semester II mata pelajaran matematika kelas 1 SD.
1.       prinsip Penciptaan Suasana Belajar Koperatif. Ada 3 prinsip dalam pembelajaran mata pelajaran matematika adalah :
            -     Bermula dari konkret, semi konkret, dan abstrak
-          Pemberian latihan yang cukup
-          Penerapan ke dalam berbagai situasi.
                 Kegiatan pembelajaran terbagi menjadi empat tahapan antara lain :
-          Tahap penjelasan
-          Tahap penyelesaian tugas
-          Tahap penilaian hasil belajar
-          Tahap penilaian kualitas kerjasama
2.       penjatahan waktu.
Pertemuan            hari tanggal       waktu       pokok bahasan / sub pokkok bahasan
         1                    .............            ........        Bilangan : Nilai tempat puluhan , satuan,
                                                                         Pola bilangan
3.       Satuan Pelajaran.
a. Pokok Bahasan               : Bilangan.
b. Sub Pokok Bahasan         :     1). Nilai tempat , puluhan dan satuan.
                                            2). Pola Bilangan.
                                            3). Penjumlahan, puluhan dan satuan.
                                               4). Bilangan urutan
c. Tujuan Pembelajaran Umum.
     Siswa memahami penjumlahan bilangan cacah dan sifatnya.
    1. Tujuan Pembelajaran Khusus : Siswa kelas 1 SD dapat :
1). Menentukan nilai tempat bilangan puluhan dan satuan.
2). Menuliskan bilangan 1 sampai dengan 10.
3). Menjumlahkan bilangan puluhan dan satuan.
4). Menentukan letak urutan tanda-tanda
e. sumber.
    Wirasto, et.al ( 1986)Matematika 1 a untuk SD,jakarta Depdikbud PP79 – 85.
f. Banyaknya pertemuan : 2 X pertemuan @ 2 X 30 menit.
g. Proses Mengajar: ( lihat pertemuan 1 dan 2 ).
     1. Pertemuan 1 ( 2 X 30 menit ).
     2. Tahap Penjelasan : Siswa diajak menentukan banyaknya puluhan dan satuan.
     3. Tahap Latihan. Mengajarkan latihan berupa soal-soal seperti :
         lembar latihan 2.
         Nama siswa :
         Kelompok   :
A.      Isilah -------à 3 puluhan = .....
B.      Isilah dengan urutan yang benar !  35, 36, 37, ...., ....

B. PEMBELAJARAN KOMPETITIF YANG SEHAT.
            Prestasi belajar tergantung pada besarnyausaha dan besarnya usaha tergantung tingginya motivasi. Makin tinggi motivasi belajar anak makin besar pula usahanya. Sehingga pada gilirannya makin tinggi pula prestasi belajarnya. Agar guru dapat menciptakan suasana belajar kompetitif yang sehat atau yang dapat membangkitkan motivasi, maka secara khusus dibahas mengenai hakikat suasana belajar kompetitif, baik yang tidak sehat maupun yang sehat.
  1. Hakekat pembelajaran Kompetitif.
-          Pembelajaran kompetitif hanya dikaitkan dengan berbagai usaha untuk kebajikan atau yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat manusia.
-          Pembelajaran kompetitif hendaknya digunakan hanya untuk mencapai tujuan belajar kognitif taraf rendah atau yang bersifat hafalan tetapi sangat diperlukan dalam kehidupan . Misalnya menghafal perkalian 1 sampai 10, urutan abjad, nama hari, nama bulan.
-          Pembelajaran kompetitif hendaknya hanya digunakan untuk bersenang senang atau pelajaran yang membosankan tetapi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya berlari, berenang.
-          Pembelajaran kompetitif akan efektif bila anak-anak atau kelompok yang saling berkompetisi memiliki kemampuan seimbang.

Berdasar uraian diatas dapat disimpulkan bahwa suasana belajar kompetitif dapat meningkatkan prestasi belajar anak jika penggunaannya harus hati-hati

Pembelajaran kompetitif yang tidak sehat.
Pembelajaran kompetitif yang tidak sehat yaitu pembelajaran yang menciptakan suasana
kompetitif antar anak yang memiliki kemampuan berbeda-beda. Pembelajaran kompetitif yang tidak sehat tidak hanya buruk bagi upaya pengembangan kepribadian anak yang sehat. Ada berbagai alasan untuk menjelaskan betapa tidak efektifnya pembelajaran kompetitif dalam kelas yang anak-anaknya berkemampuan heterogen. Berbagai alasan tersebut antara lain :
a.       Menimbulkan keputusasaan bagi anak berkemampuan rendah.
b.       Menimbulkan kompensasi yang negatif bagi anak yang kalah.
c.       Menimbulan kecurangan diantara anak-anak.
d.       Menimbulkan rasa permusuhan diantara anak-anak.
e.       Kurang memberikan latihan ketrampilan sodial.
f.        Menghambat tumbuhnya gagasan kreatif.
g.       Menghambat perkembangan ketrampilan metakognitif.
h.       Menimbulkan kebosanan bagi anak-anak berkemampuan tinggi.
i.         Kurang menjadi acuan bagi tumbuhnya kepribadian sehat.

  1. Pembelajaran kompetitif yang sehat.
      a. kompetisi antar individu.
Berkemampuan setara .
Kelas dibagi tiga kelompok berkemampuan setara ,mencakup anak berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah.Pengelompokan anak hendaknya dilakukan dengan hati-hati.agar anak tidak mengetahuinya.
b. kompetisi antar kelompok berkekuatan seimbang.
            Dalam kelompok anak-anak harus saling membantu dan saling mendorong antara  
           sesama  agar dapat mengalahkan kelompo lain. Anggota kelompok hendaknya
           berbeda-beda sesuai dengan perubahan mata pelajaran.
    1. Kompetisi dengan standar nilai minimum. 
Anak yang memperoleh nilai 6 biasanya dinyatakan sebagai anak yang mencapai tingkat keberhasilan sedang. Artinya semua anak harus mencapai minimum nilai 6 atau  lebih  dianggap menang berhak memperoleh  hadiah dapat berupa bintang atau pujian.
    1. Kompetisi dengan diri sendiri.
Kompetisi ini didasarkan semboyan ” hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik daripada hari ini ”.

C. PEMBELAJARAN MODEL INDIVIDU.
            Pembelajaran model individual memberikan kesempatan kepada setiap anak untukbelajar dengan kecepatan yang sesuai dengan kemampuan mereka sendiri.
Pola penilaian dalam sistem pembelajaran individual :
-          Guru menerapkan standar untuk setiap siswa.
-          Jika siswa tersebut melampaui standar dia akan dinilai A.
-          Jika tidak melampaui standar , nilai C atau D
-          Nilai anak ditentukan bukan atas rata-rata kelas melainkan atas standar yang telah ditetapkan berdasarkan kompetisi tertentu sesuai hasil asesmen.

Beberapa asumsi yang mendasari pembelajaran individual :
-          Setiap peserta didik dapat relajar sendiri tanpa atau dengan sedikit bantuan dari guru / orang lain.
-          Setiap peserta didik adalah unik dengan segala kebiasaan, emampuan, minat dan bakat serta kecepatan belajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LOMBA LKSN 2021