Senin, 25 Januari 2016

Inklusi



Pendidikan Inklusi ( Inclusive Education ).
Pendidikan inklusi berdasar ketentuan dasar hukum internasional :
1)      Salamanca Statement and frame workfor action on special needs education.
2)      Millenium developmental.
3)      The Dakar Frame work education for all.
4)      Implementation Handbook For The Convention The Right Of The Child, Unicef 2002.

I. Pendidikan inklusi di Malaysia :
   Pendidikan untuk kebutuhan khusus antara lain :
·         Anak dengan Gangguan penglihatan.
·         Anak dengan gangguan pendengaran.
·         Anak dengan gangguan lamban bekerja.
·         Anak dengan gangguan lamban belajar.

Kategori anak dengan lambat belajar dan mengalami kesulitan dalam pemahaman yang berada di sekolah inklusi antara lain :
  • Down sindrome
  • Autisme
  • Anak hiperaktif
  • Dyslexia

Anak-anak sekolah dengan pelayanandan kbutuhan khusus yang berada di pendidikan khusus terdiri 32 sekolah khusus, dan ada 1282 program integrasi untuk anak dengan gangguan penglihatan, pendengaran, serta lamban belajar.

Sekolah inklusi di Malaysia:
  • Sekolah Rendah / Pendidikan Dasar.
  • Sekolah Swasta murid-murid dengan gangguan pendengaran tingkat Sekolah Lanjutan.
  • Murid-murid dengan gangguan pendengaran dapat melanjutkan ke pendidikan khusus yang lebih tinggi di sekolah lanjutan pendidikan khusus lain setingkat.
  • Atau program integrasi di sekolah utama untuk pilihan akademik. Para siswa menentukan pilihan akademiknya di sekolah sekolah utama biasanya ditempatkan terpisah dari bagian utama.

Sekolah menengah Kebangsaan Tunku Anum.
  • Pendidikan inklusi di Malaysia dimulai pada tanggal 4 januari 2004.
  • Ada 2 guru yang menjadi pengelola program center.
  • Semua guru ad 72 orang.
  • Staf kantor dan administrasi ada 70 orang.
  • Jumlah siswa yang terdaftar 1167.

Strategi sekolah Inklusi di Malaysia:
  • Program Kesehatan ( Pemberian Nutrisi ).
  • Anak-anak mendapatkan sarapan ( Makan pagi ).
  • Program Pemberian susu pada siswa.
  • Program kesehatan ( Pemeriksaan Kesehatan ).
  • Bimbingan conseling.
  • Sarana Prasarana sekolah.
  • Pemberian motivasi kepada siswa Anak berkebutuhan Khusus.
  • Pelajar di sekolah inklusi mendapat santunan sebesar RM 150,00 per bulan.
  • Guru di sekolah inklusi / guru Pendidikan Khusus mendapat insetif sebesar RM 250,00 per bulan.

MASALAH DAN TANTANGAN.
Dalam penulisan huruf Braille untuk anak-anak tunanetra mengalami kesulitan dalam tanda huruf braille baik dalam menulis maupun membaca. Ini disebabkan karena ada perbedaan antara huruf braille dalam bahasa melayu bahasa inggris. Dari keseluruhan siswa ada beberapa anak mendapat pendidikan jasmani, pendidikan kesenian sementara yang lainnya hanya pelajaran tambahan. Dan untuk tingkatan kelainan dari setiap siswa didasarkan pada kemampuan dalam mengatasi pembelajaran yang diberikan siswa pada pendidikan dasar.


II. Innovation in Special Education in Thailand
Oleh Dr Pennel Narot ( Faculty of Aducation Khon Kaen University )

Strategi Perencanaan.
Dalam ketetapan Undang-undang Kantor Konvisi Pendidikan Nasional telah menetapkan panduan pelaksanaan kebijaksanaan. Target Panduan kebijakan dan kerangka kerja pelaksanaan meliputi :
  1. Populasi usia sekolah, lingkunagn kumuh yang termasuk lingkungan miskin, lingkungan pinggiran , kelompok berisiko, penyandang cacat , sudah akan mendapatkan pendidikan dasar 12 tahun, dimana kwalitas pendidikan akan terwujud melalui beragam cara dan basis nasional.
  2. Seluruh kelompok yang beruntung akan mendapatkan dan menerima pelayanan pendidikan dan pelatihan ketrampilan.
  3. Kemandirian dalam management dan administrasi pendidikan akan diterapkan sebagai tanggapan atas kebutuhan para siswa dan perlengkapan pendidikan akan berkwalitas dan memulai standar pendidikan.
  4. Komunitas dan pengorganisasian akan menjadi kuat dan akan memberikan kontribusi konsep kolektif, pengambilan keputusan pengontrolan, pengawasan, pengecekan dan support untuk aktifitas masyarakat sebagai penggerak lingkungan sekitar.

Kerangka kerja:
  1. Promosi dan bantuan kepada para kelompok miskin untuk mendapatkan pendidikan dasar 12 tahun.
  2. Penataan sistem anggaran untuk mengembangkan efisiensi, pembiayaan pendidikan yang akan menjadi pokok perhatian sebagai modal pemecahan masalah.
  3. Penataan management dan administrasi  struktur pendidikankondusif untuk efisiensinya pendidikan.
  4. Pengaplikasian pendidikan sebagai tolak ukur untuk kekuatan yayasan social . di Thailand tidak ada istilah luar biasa adanya istilah anak istimewa.

III. Overview Program MCPM-AIBEP ( INCLUSIVE EDUCATION)
   OLEH Hillary Palmer ( Aus – AID) Australia.
  • Diperkirakan ada 150 juta anak dengan kebutuhan khusus di dunia dan kurang dari 2% yang bersekolah( UNESCO, 2006).
  • Porsi anak dengan kebutuhan khusus di negara berkembang jauh lebih besar dibanding negara maju ( World Bank, 1997 ).
Perbandingan model medis dan model sosial dalam pendidikan :
  • Anak dipandang sebagai masalah.
  • Mendiagnosis dan memberi label
Model medis                                                               Model Sosial
  • Anak dipandang sebagai masalah.                  * Anak dihargai
  • Mendiagnosis dan memberi label.                   * Keunikan  kebutuhan diperhatikan.
  • Ketidakberdayaan sebagai fokus.                   * Identifikasi masalah.dan menyedia
  • Segresi dan pelayanan alternaif                         kan solusi.
  • Re-entry apabila sudah hidup normal             * Perbedaan disambut baik , anak di
Atau permanent exclusion ditempatkan             sambut baik
  • Masyarakat tidak berubah.                              * Masyarakat berubah
MCM – AIBEP
Untuk mencapai tujuannya , BEP bergantung pada hasil keluaran utama atau disebut dengan PILAR yaitu :
  1. Pilar 1 Meningkatkan pemerataan akses untuk mendapatkan layanan pendidikan.
  2. Pilar 2 Penigkatan mutu pendidikan dasar dan efisiensi intrnal.
  3. Pilar 3 Peningkatan tata kelola layanan pendidikan dasar.
  4. Pilar 4 Jalinan mobilisasi sumber daya dalam sektor pendidikan.
LESSON LEARNT
Ø  Kepemimpinan yang baik.
Ø  Prinsip design universal planing awal yang sudah inklusif.
Ø  Koordinasi yang baik berhubungan dengan issue desentralisasi.
Ø  Sistem pendukung yang solid.
Ø  Penggunaan sumber lokal yang efektif.
Ø  Kebijakan penerimaan siswa.
Ø  Rencana yang terintegrasi.
Ø  Keterlibatan orang tua dan komunitas.
Karakteristik Pendidikan Inklusif.
Sapon – Skefin 1994 / 1945 mengemukakan lima profil pembelajaran di sekolah inklusif antara lain:
  1. Pendidikan Inklusif berarti menciptakan dan menjaga komuitas yang hangat dan menghargai perbedaan.
  2. pendidikan Inklusif berarti penerapan kurikulum yang multilevel dan multi modalitas.
  3. Pendidikan Inklusif berarti menyiapkan dan mendorong guru untuk mengajar secara interaktif.
  4. Pendidikan Inklusif berarti penyediaan dorongan bagi guru dan kelasnya secara terus menerus dan penghapusan hambatan.
  5. Pendidikan Inklusif berarti melibatkan orang tua secara bermakna dalam proses perencanaa.

Penerapan Kurikulum Non Gradasi.
Model Pendidikan non gradasi bersumber dari konsep the Winnetka Plan ( Howry 1937) yang pada dasarnya mengijinkan anak belajar untuk belajar dengan kecepatannya sendiri pada mata-mata pelajaran hirarkis yaitu membaca, menulis, dan berhitung.

Dalam kurikulum yang dikembangkan balitbang , rujukan utama para guru di dalam merancang pembelajaran adalah paket standar kompetensi yang disusun untuk setiap mata pelajaran , antara lain :
1.      Kompetensi Dasar.
2.      Hasil Belajar.
3.      Indikator.

Critical evaluation On Inclusive Education in Action to education for all.
Oleh Prof DR Mulyono Abdurahman.
Kondisi Pelaksanaan pendidikan Inklusif saat ini :
Berdasar model evaluasi CIPP( Contest , Input, Process, and Product ) kondisi pendidikan inklusif berdasarkan empat dimensi konteks, input, proses, dan produk dapat dikemukakan sebagai berikut :
  1. Konteks.
1)      Konteks kebijaksanaan.
Pendidikan inklusif menjadi isu global karena tututan atau hak-hak asasi manusia dan demokrasi.
2)      Konteks tujuan.
Penyelenggaraan inklusif harus mempunyai tujuan yang dicapai.
3)      Konteks Sosial Budaya
Bangsa Indonesia memiliki budaya gotong royong yang dituangkan dalam semboyan ” Bhinneka Tunggal Ika ”.
  1. Input.
1)      Input siswa.
2)      Input guru.
3)      Input kurikulum.
4)      Sikap orang tua.
  1. Proses.
1.      Perencanaan Pembelajaran.
2.      Pelaksanaan Pembelajaran.
  1. Produk
1.      aspek akademik.
2.      Aspek Sosial


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LOMBA LKSN 2021