Minggu, 20 Maret 2016

PEMBELAJARAN



PEMBELAJARAN KOPERATIF , KOMPETITIF , DAN INDIVIDUAL

Latar belakang.
  • Suasana pembelajaran sangat mempengaruhi terhadap hasil belajar lebih-lebih pada anak yang mengalami problem dalam belajar’
  • Ada beberapa model pembelajaran yang perlu mendapat perhatian para guru, khususnya di sekolah dasar. Diantaranya adalah pembelajaran koperatif , dan kompetitif serta individual.
  • Pembelajaran ini menekankan pada kemandirian dalam belajar dengan sedikit bantuan dari guru atau orang lain.
           
A. PEMBELAJARAN KOPERATIF
            Pembelajaran koperatif adalah pembelajaran yang lebih menekankan pada perlunya saling ketergantungan positif antar semua sumber daya lingkungan yang menunjang keberhasilan anak.
  1. Hakekat pembelajaran koperatif.
Falsafah yang mendasari homo homini socius : manusia adalah makhluk social yang perlu kerjasama . prinsip prinsip kerjasamadalam pembelajaran koperatif adalah saling ketergantungan positif ,akuntabilitas perorangan ,saling bertatap muka, komunikasi, dan evaluasi proses kelompok. Guru berperan sebagai perancang dan fasilitator pembelajaran murid sebagai pembelajaran semua proses yang dirancang dalam suasana kerjasama koperatif.
  1. Unsur-unsur dasar pembelajaran koperatif.
  1. saling ketergantungan positif.
  2. Interaksi tatap muka.
  3. Akuntabilitas individual.
  4. Komunikasi / hubungan interpersonal.
  5. Evaluasi proses kelompok
  1. Perbedaan pembelajaran koperatif dan tradisional
Dalam pembelajaran tradisional juga dikenal adanya belajar kelompok. Belajar koperatif dan belajar kelompok dalam pembelajaran tradisional . sepulih perbedaan tersebut adalah sebagai berikut :
a.                   saling ketergantungan positif. ( guru menuntun tiap anggota).
b.                   Akuntability tradisional. ( kelompok tradisional sering diborong seseorang dalam
      menyelesaikan tugas , yang lain mendompleng )
c.                   Kelompok heterogen
d.                   Pemilihan pemimpin melalui musyawarah untuk mufakat.
e.                   Penekanan pada penyelesaian tugas dan memperlakukan hubungan inter personal.
f.                    Ketrampilan sosial diajarkan secara langsung.
g.                   Guru memperhatikan proses kelompok belajar dan bekerja.

  1. Peran guru dalam pembelajaran koperatif.
    1. merumuskan tujuan pembelajaran yang terdiri : - Tujuan akademik dan tujuan ketrampilan bergotong royong. Tujuan akademik sesuai dengan taraf perkembangan anak / sesuai kurikulum.
    2. Menentukan jumlah anggota setiap kelompok belajar biasanya 2 – 6 anak.jumlah hendaknya kecil agar tiap anak aktif. Tiga faktor yang menentukan jumlah anggota tiap kelompok:- taraf kemampuan anak. Ketersediaan materi, dan waktu.
    3. Menempatkan anak dalam kelompok. Tiga pertanyaan penting dalam menempatkan anak.
1)       Apakah penempatan secara heterogen atau homogen?
      Penempatan hendaknya heterogen agar ada yang berkemampuan tinggi.
2)       Bagaimana menempatkan anak dalam kelompok?
Ada 2 jenis belajar koperatif : a. Berorientasi pada bukan tugas.
Menuntut kerjasama,saling tukar pikiran, b. Berorientasi pada tugas.
Menekankan adanya pembagian tugas. Misalnya melakssnakan kunjungan pariwisata harus ada ketua , sekretaris dll.
3)       Apakah anak bebas memilih teman?
Kebebasan ini menyebabkan kelompok menjadi homogen.
    1. Menentukan tempat duduk. Hendaknya disusun agar tiap anggota dapat bertatap muka. Terpisah antara kelompok satu dengan lainnya.
    2. Merencanakan bahan / meningkatkan saling ketergantungan. Ada 3 macam cara meningkatkan saling ketergantungan positif.:
    3. Menentukan peran anak / saling menunjang saling ketergantungan.
    4. Menjelaskan tugas akademik.menyusun tugas dengan jelas,menjelaskan tujuan belajar, menjelaskan berbagai konsep,pengertian, prosedur, mengajukan pertanyaan
    5. Menjelaskan kepada anak tentang tujuan dan keharusan bekerjasama.
    6. Menyusun akuntabilitas individual. Guru perlu sering melakukan pengukuran untuk mengetahui taraf penguasaan materi terhadap anggota.
    7. Menyusun kerjasama antar kelompok.
    8. Menjelaskan kriteria keberhasilan. Guru menerangkan kriteria yang akan dinilai.
    9. Menjelaskan perilaku yang diharapkan. Misalnya: mengaitkan pelajaran baru dengan pelajaran sebelumnya
    10. Memantau perilaku anak. Untuk mengetahui berbagai masalah yang muncul.
    11. Memberi bantuan kepada anak dalam menyelesaikan tugas. Jika dirasa perlu guru menjelaskan pelajaran/ mengulang prosedur.mengajarkan ketrampilan menyelesaikan tugas.
    12. Melakukan intervensi untuk mengajarkan ketrampilan bekerjasama. Memberi nasehat / memberi bimbingan untuk bekerja efektif.
    13. Menutup pelajaran. Guru perlu meringkas pelajaran ,memberi kesempatan kepada anak untuk untuk mengemukakan ide , bertanya.
    14. Menilai kulitas pekerjaan/ hasil belajar anak.
    15. Menilai kerjasama antar anggota kelompok.
    16. Rancangan pembelajaran koperatif. Sebelum mengajar guru membuat rancangan pembelajaran koperatif.
Contoh 1.
Rancangan pembelajaran koperatif
  1. sebelum pembelajaran berlangsung.
Kelas / smt       : 1 SD
Mapel               : Bahasa Indonesia
SK                    : menulis
KD                   : menulis spontan ( dikte)
Waktu               : 2 X 30 menit
Tujuan : tiap anggota kelompok saling mengajar menuliskan kata-kata
Tujuan pembelajaran :
            Menyebutkan rangkaian huruf yang membentuk suku kata.
            Menuliskan secara spontan katakata yang dimiliki

  1. prosedur pembelajaran.
  2. menutup pelajaran.
    1. menyampaikan hasil belajar. Guru menyampaiakan hasil belajar tiap anggota kelompok  dan anggota kelompok yang belum berhasil dibantu oleh anggota kelompok yang lain.
    2. Guru dan anak-anak membicarakan bagaimana kelompok belajar menjadi baik dan apa yang perlu diperbaiki selanjutnya.

Rancangan pembelajaran koperatif tidak harus untuk 1 kali pertemuan ,tetapi dapat beberapa kali pertemuan.
Contoh 2.
Rancangan pembelajaran semester II mata pelajaran matematika kelas 1 SD.
1.       prinsip Penciptaan Suasana Belajar Koperatif. Ada 3 prinsip dalam pembelajaran mata pelajaran matematika adalah :
            -     Bermula dari konkret, semi konkret, dan abstrak
-          Pemberian latihan yang cukup
-          Penerapan ke dalam berbagai situasi.
                 Kegiatan pembelajaran terbagi menjadi empat tahapan antara lain :
-          Tahap penjelasan
-          Tahap penyelesaian tugas
-          Tahap penilaian hasil belajar
-          Tahap penilaian kualitas kerjasama
2.       penjatahan waktu.
Pertemuan            hari tanggal       waktu       pokok bahasan / sub pokkok bahasan
         1                    .............            ........        Bilangan : Nilai tempat puluhan , satuan,
                                                                         Pola bilangan
3.       Satuan Pelajaran.
a. Pokok Bahasan               : Bilangan.
b. Sub Pokok Bahasan         :     1). Nilai tempat , puluhan dan satuan.
                                            2). Pola Bilangan.
                                            3). Penjumlahan, puluhan dan satuan.
                                               4). Bilangan urutan
c. Tujuan Pembelajaran Umum.
     Siswa memahami penjumlahan bilangan cacah dan sifatnya.
    1. Tujuan Pembelajaran Khusus : Siswa kelas 1 SD dapat :
1). Menentukan nilai tempat bilangan puluhan dan satuan.
2). Menuliskan bilangan 1 sampai dengan 10.
3). Menjumlahkan bilangan puluhan dan satuan.
4). Menentukan letak urutan tanda-tanda
e. sumber.
    Wirasto, et.al ( 1986)Matematika 1 a untuk SD,jakarta Depdikbud PP79 – 85.
f. Banyaknya pertemuan : 2 X pertemuan @ 2 X 30 menit.
g. Proses Mengajar: ( lihat pertemuan 1 dan 2 ).
     1. Pertemuan 1 ( 2 X 30 menit ).
     2. Tahap Penjelasan : Siswa diajak menentukan banyaknya puluhan dan satuan.
     3. Tahap Latihan. Mengajarkan latihan berupa soal-soal seperti :
         lembar latihan 2.
         Nama siswa :
         Kelompok   :
A.      Isilah -------à 3 puluhan = .....
B.      Isilah dengan urutan yang benar !  35, 36, 37, ...., ....

B. PEMBELAJARAN KOMPETITIF YANG SEHAT.
            Prestasi belajar tergantung pada besarnyausaha dan besarnya usaha tergantung tingginya motivasi. Makin tinggi motivasi belajar anak makin besar pula usahanya. Sehingga pada gilirannya makin tinggi pula prestasi belajarnya. Agar guru dapat menciptakan suasana belajar kompetitif yang sehat atau yang dapat membangkitkan motivasi, maka secara khusus dibahas mengenai hakikat suasana belajar kompetitif, baik yang tidak sehat maupun yang sehat.
  1. Hakekat pembelajaran Kompetitif.
-          Pembelajaran kompetitif hanya dikaitkan dengan berbagai usaha untuk kebajikan atau yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat manusia.
-          Pembelajaran kompetitif hendaknya digunakan hanya untuk mencapai tujuan belajar kognitif taraf rendah atau yang bersifat hafalan tetapi sangat diperlukan dalam kehidupan . Misalnya menghafal perkalian 1 sampai 10, urutan abjad, nama hari, nama bulan.
-          Pembelajaran kompetitif hendaknya hanya digunakan untuk bersenang senang atau pelajaran yang membosankan tetapi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya berlari, berenang.
-          Pembelajaran kompetitif akan efektif bila anak-anak atau kelompok yang saling berkompetisi memiliki kemampuan seimbang.

Berdasar uraian diatas dapat disimpulkan bahwa suasana belajar kompetitif dapat meningkatkan prestasi belajar anak jika penggunaannya harus hati-hati

Pembelajaran kompetitif yang tidak sehat.
Pembelajaran kompetitif yang tidak sehat yaitu pembelajaran yang menciptakan suasana
kompetitif antar anak yang memiliki kemampuan berbeda-beda. Pembelajaran kompetitif yang tidak sehat tidak hanya buruk bagi upaya pengembangan kepribadian anak yang sehat. Ada berbagai alasan untuk menjelaskan betapa tidak efektifnya pembelajaran kompetitif dalam kelas yang anak-anaknya berkemampuan heterogen. Berbagai alasan tersebut antara lain :
a.       Menimbulkan keputusasaan bagi anak berkemampuan rendah.
b.       Menimbulkan kompensasi yang negatif bagi anak yang kalah.
c.       Menimbulan kecurangan diantara anak-anak.
d.       Menimbulkan rasa permusuhan diantara anak-anak.
e.       Kurang memberikan latihan ketrampilan sodial.
f.        Menghambat tumbuhnya gagasan kreatif.
g.       Menghambat perkembangan ketrampilan metakognitif.
h.       Menimbulkan kebosanan bagi anak-anak berkemampuan tinggi.
i.         Kurang menjadi acuan bagi tumbuhnya kepribadian sehat.

  1. Pembelajaran kompetitif yang sehat.
      a. kompetisi antar individu.
Berkemampuan setara .
Kelas dibagi tiga kelompok berkemampuan setara ,mencakup anak berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah.Pengelompokan anak hendaknya dilakukan dengan hati-hati.agar anak tidak mengetahuinya.
b. kompetisi antar kelompok berkekuatan seimbang.
            Dalam kelompok anak-anak harus saling membantu dan saling mendorong antara  
           sesama  agar dapat mengalahkan kelompo lain. Anggota kelompok hendaknya
           berbeda-beda sesuai dengan perubahan mata pelajaran.
    1. Kompetisi dengan standar nilai minimum. 
Anak yang memperoleh nilai 6 biasanya dinyatakan sebagai anak yang mencapai tingkat keberhasilan sedang. Artinya semua anak harus mencapai minimum nilai 6 atau  lebih  dianggap menang berhak memperoleh  hadiah dapat berupa bintang atau pujian.
    1. Kompetisi dengan diri sendiri.
Kompetisi ini didasarkan semboyan ” hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik daripada hari ini ”.

C. PEMBELAJARAN MODEL INDIVIDU.
            Pembelajaran model individual memberikan kesempatan kepada setiap anak untukbelajar dengan kecepatan yang sesuai dengan kemampuan mereka sendiri.
Pola penilaian dalam sistem pembelajaran individual :
-          Guru menerapkan standar untuk setiap siswa.
-          Jika siswa tersebut melampaui standar dia akan dinilai A.
-          Jika tidak melampaui standar , nilai C atau D
-          Nilai anak ditentukan bukan atas rata-rata kelas melainkan atas standar yang telah ditetapkan berdasarkan kompetisi tertentu sesuai hasil asesmen.

Beberapa asumsi yang mendasari pembelajaran individual :
-          Setiap peserta didik dapat relajar sendiri tanpa atau dengan sedikit bantuan dari guru / orang lain.
-          Setiap peserta didik adalah unik dengan segala kebiasaan, emampuan, minat dan bakat serta kecepatan belajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LOMBA LKSN 2021