PEMBELAJARAN KOPERATIF , KOMPETITIF , DAN INDIVIDUAL
Latar
belakang.
- Suasana pembelajaran sangat mempengaruhi terhadap hasil belajar lebih-lebih pada anak yang mengalami problem dalam belajar’
- Ada beberapa model pembelajaran yang perlu mendapat perhatian para guru, khususnya di sekolah dasar. Diantaranya adalah pembelajaran koperatif , dan kompetitif serta individual.
- Pembelajaran ini menekankan pada kemandirian dalam belajar dengan sedikit bantuan dari guru atau orang lain.
A.
PEMBELAJARAN KOPERATIF
Pembelajaran koperatif adalah pembelajaran yang lebih
menekankan pada perlunya saling ketergantungan positif antar semua sumber daya
lingkungan yang menunjang keberhasilan anak.
- Hakekat pembelajaran koperatif.
Falsafah yang mendasari homo
homini socius : manusia adalah makhluk social yang perlu kerjasama . prinsip
prinsip kerjasamadalam pembelajaran koperatif adalah saling ketergantungan
positif ,akuntabilitas perorangan ,saling bertatap muka, komunikasi, dan
evaluasi proses kelompok. Guru berperan sebagai perancang dan fasilitator
pembelajaran murid sebagai pembelajaran semua proses yang dirancang dalam
suasana kerjasama koperatif.
- Unsur-unsur dasar pembelajaran koperatif.
- saling ketergantungan positif.
- Interaksi tatap muka.
- Akuntabilitas individual.
- Komunikasi / hubungan interpersonal.
- Evaluasi proses kelompok
- Perbedaan pembelajaran koperatif dan tradisional
Dalam pembelajaran tradisional
juga dikenal adanya belajar kelompok. Belajar koperatif dan belajar kelompok
dalam pembelajaran tradisional . sepulih perbedaan tersebut adalah sebagai
berikut :
a.
saling
ketergantungan positif. ( guru menuntun tiap anggota).
b.
Akuntability
tradisional. ( kelompok tradisional sering diborong seseorang dalam
menyelesaikan tugas , yang
lain mendompleng )
c.
Kelompok heterogen
d.
Pemilihan pemimpin melalui musyawarah untuk mufakat.
e.
Penekanan pada penyelesaian tugas dan memperlakukan
hubungan inter personal.
f.
Ketrampilan sosial diajarkan secara langsung.
g.
Guru memperhatikan proses kelompok belajar dan bekerja.
- Peran guru dalam pembelajaran koperatif.
- merumuskan tujuan pembelajaran yang terdiri : - Tujuan akademik dan tujuan ketrampilan bergotong royong. Tujuan akademik sesuai dengan taraf perkembangan anak / sesuai kurikulum.
- Menentukan jumlah anggota setiap kelompok belajar biasanya 2 – 6 anak.jumlah hendaknya kecil agar tiap anak aktif. Tiga faktor yang menentukan jumlah anggota tiap kelompok:- taraf kemampuan anak. Ketersediaan materi, dan waktu.
- Menempatkan anak dalam kelompok. Tiga pertanyaan penting dalam menempatkan anak.
1)
Apakah penempatan secara heterogen atau homogen?
Penempatan hendaknya heterogen agar ada
yang berkemampuan tinggi.
2)
Bagaimana menempatkan anak dalam kelompok?
Ada
2 jenis belajar koperatif : a. Berorientasi pada bukan tugas.
Menuntut
kerjasama,saling tukar pikiran, b. Berorientasi pada tugas.
Menekankan
adanya pembagian tugas. Misalnya melakssnakan kunjungan pariwisata harus ada
ketua , sekretaris dll.
3)
Apakah anak bebas memilih teman?
Kebebasan
ini menyebabkan kelompok menjadi homogen.
- Menentukan tempat duduk. Hendaknya disusun agar tiap anggota dapat bertatap muka. Terpisah antara kelompok satu dengan lainnya.
- Merencanakan bahan / meningkatkan saling ketergantungan. Ada 3 macam cara meningkatkan saling ketergantungan positif.:
- Menentukan peran anak / saling menunjang saling ketergantungan.
- Menjelaskan tugas akademik.menyusun tugas dengan jelas,menjelaskan tujuan belajar, menjelaskan berbagai konsep,pengertian, prosedur, mengajukan pertanyaan
- Menjelaskan kepada anak tentang tujuan dan keharusan bekerjasama.
- Menyusun akuntabilitas individual. Guru perlu sering melakukan pengukuran untuk mengetahui taraf penguasaan materi terhadap anggota.
- Menyusun kerjasama antar kelompok.
- Menjelaskan kriteria keberhasilan. Guru menerangkan kriteria yang akan dinilai.
- Menjelaskan perilaku yang diharapkan. Misalnya: mengaitkan pelajaran baru dengan pelajaran sebelumnya
- Memantau perilaku anak. Untuk mengetahui berbagai masalah yang muncul.
- Memberi bantuan kepada anak dalam menyelesaikan tugas. Jika dirasa perlu guru menjelaskan pelajaran/ mengulang prosedur.mengajarkan ketrampilan menyelesaikan tugas.
- Melakukan intervensi untuk mengajarkan ketrampilan bekerjasama. Memberi nasehat / memberi bimbingan untuk bekerja efektif.
- Menutup pelajaran. Guru perlu meringkas pelajaran ,memberi kesempatan kepada anak untuk untuk mengemukakan ide , bertanya.
- Menilai kulitas pekerjaan/ hasil belajar anak.
- Menilai kerjasama antar anggota kelompok.
- Rancangan pembelajaran koperatif. Sebelum mengajar guru membuat rancangan pembelajaran koperatif.
Contoh 1.
Rancangan pembelajaran
koperatif
- sebelum pembelajaran berlangsung.
Kelas /
smt : 1 SD
Mapel : Bahasa Indonesia
SK : menulis
KD : menulis spontan ( dikte)
Waktu : 2 X 30 menit
Tujuan : tiap anggota kelompok saling mengajar
menuliskan kata-kata
Tujuan
pembelajaran :
Menyebutkan
rangkaian huruf yang membentuk suku kata.
Menuliskan secara spontan katakata
yang dimiliki
- prosedur pembelajaran.
- menutup pelajaran.
- menyampaikan hasil belajar. Guru menyampaiakan hasil belajar tiap anggota kelompok dan anggota kelompok yang belum berhasil dibantu oleh anggota kelompok yang lain.
- Guru dan anak-anak membicarakan bagaimana kelompok belajar menjadi baik dan apa yang perlu diperbaiki selanjutnya.
Rancangan
pembelajaran koperatif tidak harus untuk 1 kali pertemuan ,tetapi dapat
beberapa kali pertemuan.
Contoh 2.
Rancangan pembelajaran
semester II mata pelajaran matematika kelas 1 SD.
1.
prinsip Penciptaan Suasana Belajar Koperatif. Ada 3
prinsip dalam pembelajaran mata pelajaran matematika adalah :
- Bermula dari konkret, semi konkret, dan
abstrak
-
Pemberian latihan yang cukup
-
Penerapan ke dalam berbagai situasi.
Kegiatan pembelajaran terbagi
menjadi empat tahapan antara lain :
-
Tahap penjelasan
-
Tahap penyelesaian tugas
-
Tahap penilaian hasil belajar
-
Tahap penilaian kualitas kerjasama
2.
penjatahan waktu.
Pertemuan hari tanggal waktu pokok bahasan / sub pokkok bahasan
1 ............. ........ Bilangan : Nilai tempat puluhan ,
satuan,
Pola bilangan
3.
Satuan Pelajaran.
a. Pokok
Bahasan : Bilangan.
b. Sub
Pokok Bahasan : 1).
Nilai tempat , puluhan dan satuan.
2). Pola Bilangan.
3).
Penjumlahan, puluhan dan satuan.
4).
Bilangan urutan
c. Tujuan
Pembelajaran Umum.
Siswa memahami penjumlahan bilangan cacah
dan sifatnya.
- Tujuan Pembelajaran Khusus : Siswa kelas 1 SD dapat :
1).
Menentukan nilai tempat bilangan puluhan dan satuan.
2).
Menuliskan bilangan 1 sampai dengan 10.
3).
Menjumlahkan bilangan puluhan dan satuan.
4).
Menentukan letak urutan tanda-tanda
e. sumber.
Wirasto, et.al ( 1986)Matematika 1 a untuk
SD,jakarta Depdikbud PP79 – 85.
f.
Banyaknya pertemuan : 2 X pertemuan @ 2 X 30 menit.
g. Proses Mengajar: ( lihat pertemuan 1 dan 2 ).
1. Pertemuan 1 ( 2 X 30
menit ).
2. Tahap Penjelasan : Siswa
diajak menentukan banyaknya puluhan dan satuan.
3. Tahap Latihan.
Mengajarkan latihan berupa soal-soal seperti :
lembar latihan 2.
Nama siswa :
Kelompok :
A.
Isilah -------à 3 puluhan = .....
B.
Isilah dengan urutan yang benar ! 35, 36, 37, ...., ....
B. PEMBELAJARAN KOMPETITIF YANG SEHAT.
Prestasi belajar tergantung pada besarnyausaha dan
besarnya usaha tergantung tingginya motivasi. Makin tinggi motivasi belajar
anak makin besar pula usahanya. Sehingga pada gilirannya makin tinggi pula
prestasi belajarnya. Agar guru dapat menciptakan suasana belajar kompetitif
yang sehat atau yang dapat membangkitkan motivasi, maka secara khusus dibahas
mengenai hakikat suasana belajar kompetitif, baik yang tidak sehat maupun yang
sehat.
- Hakekat pembelajaran Kompetitif.
-
Pembelajaran kompetitif hanya dikaitkan dengan berbagai
usaha untuk kebajikan atau yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat manusia.
-
Pembelajaran kompetitif hendaknya digunakan hanya untuk
mencapai tujuan belajar kognitif taraf rendah atau yang bersifat hafalan tetapi
sangat diperlukan dalam kehidupan . Misalnya menghafal perkalian 1 sampai 10,
urutan abjad, nama hari, nama bulan.
-
Pembelajaran kompetitif hendaknya hanya digunakan untuk
bersenang senang atau pelajaran yang membosankan tetapi sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Misalnya berlari, berenang.
-
Pembelajaran kompetitif akan efektif bila anak-anak atau
kelompok yang saling berkompetisi memiliki kemampuan seimbang.
Berdasar uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa suasana belajar kompetitif dapat meningkatkan prestasi
belajar anak jika penggunaannya harus hati-hati
Pembelajaran kompetitif yang tidak sehat.
Pembelajaran kompetitif yang
tidak sehat yaitu pembelajaran yang menciptakan suasana
kompetitif antar anak yang
memiliki kemampuan berbeda-beda. Pembelajaran kompetitif yang tidak sehat tidak
hanya buruk bagi upaya pengembangan kepribadian anak yang sehat. Ada berbagai
alasan untuk menjelaskan betapa tidak efektifnya pembelajaran kompetitif dalam
kelas yang anak-anaknya berkemampuan heterogen. Berbagai alasan tersebut antara
lain :
a.
Menimbulkan keputusasaan bagi anak berkemampuan rendah.
b.
Menimbulkan kompensasi yang negatif bagi anak yang kalah.
c.
Menimbulan kecurangan diantara anak-anak.
d.
Menimbulkan rasa permusuhan diantara anak-anak.
e.
Kurang memberikan latihan ketrampilan sodial.
f.
Menghambat tumbuhnya gagasan kreatif.
g.
Menghambat perkembangan ketrampilan metakognitif.
h.
Menimbulkan kebosanan bagi anak-anak berkemampuan tinggi.
i.
Kurang menjadi acuan bagi tumbuhnya kepribadian sehat.
- Pembelajaran kompetitif yang sehat.
a. kompetisi
antar individu.
Berkemampuan
setara .
Kelas
dibagi tiga kelompok berkemampuan setara ,mencakup anak berkemampuan tinggi,
sedang, dan rendah.Pengelompokan anak hendaknya dilakukan dengan hati-hati.agar
anak tidak mengetahuinya.
b. kompetisi antar kelompok berkekuatan seimbang.
Dalam kelompok anak-anak harus saling membantu dan saling
mendorong antara
sesama agar dapat mengalahkan kelompo lain. Anggota
kelompok hendaknya
berbeda-beda sesuai dengan perubahan
mata pelajaran.
- Kompetisi dengan standar nilai minimum.
Anak yang
memperoleh nilai 6 biasanya dinyatakan sebagai anak yang mencapai tingkat
keberhasilan sedang. Artinya semua anak harus mencapai minimum nilai 6
atau lebih dianggap menang berhak memperoleh hadiah dapat berupa bintang atau pujian.
- Kompetisi dengan diri sendiri.
Kompetisi
ini didasarkan semboyan ” hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari
esok harus lebih baik daripada hari ini ”.
C. PEMBELAJARAN MODEL INDIVIDU.
Pembelajaran model individual memberikan kesempatan
kepada setiap anak untukbelajar dengan kecepatan yang sesuai dengan kemampuan
mereka sendiri.
Pola penilaian dalam sistem pembelajaran individual :
-
Guru menerapkan standar untuk setiap siswa.
-
Jika siswa tersebut melampaui standar dia akan dinilai A.
-
Jika tidak melampaui standar , nilai C atau D
-
Nilai anak ditentukan bukan atas rata-rata kelas
melainkan atas standar yang telah ditetapkan berdasarkan kompetisi tertentu
sesuai hasil asesmen.
Beberapa asumsi yang mendasari pembelajaran individual :
-
Setiap peserta didik dapat relajar sendiri tanpa atau
dengan sedikit bantuan dari guru / orang lain.
-
Setiap peserta didik adalah unik dengan segala kebiasaan,
emampuan, minat dan bakat serta kecepatan belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar