Senin, 16 Mei 2016

Rangkuman Bab VII



BAB  VII
KESULITAN  MEMBACA
                   Membaca merupakan aktifitas auditif dan visual untuk
memperoleh makna dan simbul  berupa huruf atau kata . Aktifitas 
membaca dua proses  yaitu : proses decoding  yang dikebnal dengan
istilah membaca teknis , dan proses pemahaman .
Membaca teknis adalah proses pemahaman atas hubungan antara huruf (grafim ) dengan bunyi (morfim )atau menterjemahkan kata-kata tercetak menjadi bahasa lisan atau sejenisnya.
PEROLEHAN  BAHASA PADA  ANAK.
                   Ada 3 teori yang menjelaskan  perkembangan bahasa padaanak , yaitu  : model behaviorist , model linguistik dan model kognitif.
1.     Model Bihavioristik.
Inti model Behavioristik adalah Language is afunctionofreinforcement
Orang tua mengajar anaknya berbicara dengan memberikan reinforce
ment / penguatan (prinsip behaviorism ) terhadap tingkah laku verbal.
Dengan  pemberian reinforcement ini anak belajar memberi nama pada benda-benda secara tepat , sehingga anak mengetahui arti kata-kata ,hal ini dapat terjadi karena setiap kali sianak  berbuat kesalahan  akan segera dibetulkan oleh orang tua atau masyarakat melalui reinforcement yang efektif.  Penguasaan gramatika juga terjadi dengan cara yang sama. Menurut teori ini anak- anak merupakan tabularasa .
2.     Model Linguistik.
Chomsky (dalam Jo Ann Brewer 1992 ) adalah tokoh yang
 mengembangkan model Linguistik. Menurut pendapatnya  anak-anak          dilahirkan sudah dilengkapi dengan kemampuan untuk berbahasa. Melalui kontak dengan lingkungan social kemampuan berbahasa tersebut akan tampak dalam perilaku berbahasa .
                   Menurut Chomsky  seorang anak bukanlah tabularasa ,
melainkan telah mempunyai faculty of  Language  ( Faculty = kemampuan untuk berkembang dan untuk belajar ).
 Faculty ini semata-mata hanya  berupa factor linguistik .                                 
Faculty of language ini telah mengandung berbagai aturan bahasa, sehingga anak tidak mengalami kesulitan dalam belajar bahasa. Faktor Linguistik bawaan ini oleh Chomsky disebut Innate Mechanism  hal ini dibuktikan , bahwa anak-anak mempunyai cara  dalam menyusun kalimat dengan aturannya sendiri.
3.     Model Kognitif.
Kelompok ini diwakili  oleh Piaget, Bruner dan Vigosky (dalam Jo Ann Brewer , 1992 ) Model ketiga ini adalah pandangan  terbaru  mengenai  perolehan bahasa pada anak- anak ialah pandangan yang
disebut Model  Proses ( Process Models ) Atau analis strategi (S. Marat , 1983 ), inti dari pendekatan Kognitif adalah  suatu model positif untuk bahasa , yang mencoba menjelaskan bagaimana  bahasa itu diproses secara kognitif, dan manifestasinya dalam tingkah laku. Model Kognitif  berusaha menghubungkan  segi Performance dansegi  competence , hal mana  belum pernah diungkapkan  hubungannya oleh kedua pendekatan terdahulu.
Hubungan antara bahasa dan perkembangan kognitif ditinjau dari
perspektif  psikolinguistik  dewasa ini diterangkan sebagai berikut  :
Bahwa anak-anak dapat belajar bahasa memang berkat adanya hal-hal Inate , tetapi hal-hal yang inate ini bukan  a set of  edeas  seperti yang diungkapkan oleh  aliran rasionalis (Chomsky dan kawan-kawan), melainkan  berupa kapasitas kognitif dan kapasitas untuk belajar .
PENGAJARAN BAHASA DALAM KURIKULUM.
                   Anak-anak yang mengalami kesulitan membaca harus
ditangani  sedini mungkin , sehingga masalahnya tidak  semakin membesar. Langkah penanganan pada anak yang mengalami kesulitan membaca , meliputi tahap assesment  atau pengukuran dan  treatment atau penanganan .      Assesmen bertujuan  untuk mengetahui secara pasti jenis masalah yang dihadapi oleh anak  Materi membaca meliputi keterampilan membaca teknis dan  membaca pemahaman.
1.Membaca Teknis.                                                                       
Membaca  Teknis adalah : proses decoding atau mengubah simbol –
symbol  tertulis berupa huruf atau kata menjadi system bunyi  atau yang sejenisnya. Proses ini juga disebut  pengenalan kata.
Dalam proses membaca teknis ada beberapa keterampilan yang  diper
syaratkan  . Keterampilan pertama disebut konfigurasi  yaitu pengenalan secara global bentuk huruf atau kata.
 Keterampilan kedua disebut analisis konteks yaitu memanfaatkan
kata-kata  petunjuk lain di sekitarnya untuk menerka makna suatu
kata. Analisis konteks ini dapat bersifat structural artinya memanfaat-
kan  pengetahuan tata bahasa , atau bersifat semantik  artinya meman
faatkan tentang arti  kata.
 Keterampilan ketiga adalah penguasaan kosa kata  pandang (sigt
 vocabulary ) yaitu kata-kata yang dapat dibaca dengan mudah oleh
anak tanpa berpikir lagi. Untuk membantu anak yang berkesulitan membaca , guru  dapat menyusun daftar kosa kata pandang  diurut –
kan berdasarkan berdasarkan frekuensi penggunaannya.
 Keterampilan keempat   adalah analisis fonik : yaitu memahami
kaitan antara huruf dan bunyi  pada kata . Keterampilan ini meliputi
pengetahuan tentang konsonan, vocal, konsonan ganda ,bunyi hidup, bunyi mati, bunyi sempurna dan sebagainya.
Keterampilan kelima adalah analisis structural  yaitu pemahaman atas strutur bahasa , termasuk di sini  misalnya pengertian bahwa suku kata terdiri  atas vocal dan konsonan , berbagai imbuhan kata ,
dan maknanya,  tanda baca, jenis kata , kata majemuk , dsbnya.
                   Secara lebih operasional , proses membaca teknis atau
pengenalan kata menuntut  kemampuan sebagai berikut :
 a.Mengenal huruf kecil dan huruf besar pada alphabet.
b. Mengucapkan bunyi (bukan nama ) huruf terdiri  atas  :
          1). Konsonan tunggal ( b, d , h, k , ……)
          2). Vokal  (a, i , u   ……………………..)                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                     
         3). Konsonan ganda  (  kr ,  gr,  tr……………
        4). Diftong  (ai, au, oi  )
c. Menggabungkan bunyi membentuk kata  ( saya, ibu ) ;
d. Variasi bunyi  ( / u / pada kata “ pukul  “ , / o / pada  kata  “ toko “
dan “ pohon “ ).
e. Menerka kata menggunakan konteks
f. Menggunakan analisis struktural untuk identifikasi kata  ( kata
ulang, kata majemuk, imbuhan ).
2. Membaca Pemahaman.
 Membaca pemahaman meliputi beberapa komponen  :
Komponen pertama adalah pengembangan kosa kata .
                   Penguasaan kosa kata sangat penting untuk memahami
kata-kata  yang dipakai oleh penulis. Kegiatan pengembangan kosa kata yang dapat dilakukan , misalnya  memberikan pengalaman yang
bermakna  ( menyediakan buku-buku, memperkenalkan dengan orang
baru atau lingkungan baru )
Komponen kedua disebut pemahaman literal  yaitu memahami dan mengingat informasi secara  tersurat pada wacana .
Keterampilan yang diperlukan pada pemahaman meliputi  : mencari
pokok pikiran bacaan, beberapa informasi  rinci yang penting, urutan
kejadian,dan menjawab pertanyaan bacaan.
Komponen ketiga disebut  pemahaman inferensial  yaitu  menarik kesimpulan dari  informasi yang tersurat berdasrkan instuisi dan
pengalamannya. Istilah ini juga disebut pemahaman tersirat .
Beberapa aktivitas membaca  misalnya : mencari hubungan sebab akibat,  mengantisipasi  lanjutan cerita.
Komponen keempat adalah membaca kritis atau evaluatif  yaitu membe-
kan  penilaian materi wacana berdasarkan pengalaman, pengetahuan,
dan kriterianya sendiri . Penilaian dimaksud meliputi kecermatan,
akseptabilitas, (dapat diterima ), harga dan kemungkinan terjadi.
Komponen terakhir (kelima ) adalah apresiasi , menyangkut kepekaan
emosi, dan esstetik  (seni ) anak atas materi wacana.
Secara lebih operasional  membaca pemahaman menuntut  kemampuan  berikut  :                
    a. Mengingat pokok pikiran wacana tertulis.
b.Mengingat urutan kejadian atau pendapat.
     c.Mencari jawaban atas pertanyaan  rinci wacana tertulis.
d.Mengikuti petunjuk tertulis.
e.Mencari hubungan sebab akibat.
f.Membuat simpulan berdasarkan wacana tertulis.
g.Mengetahui kejanggalan isi wacana.
h.Mengenal materi factual ataufiktif.
i.Memanfaatkan daftar isi dan indeks buku.
j.Membaca table,diagram, peta.
k.Memanfaatkan berbagai makna dari satu kata.

PERKEMBANGAN KETERAM PILAN MEMBACA
                   Materi pengajaran membaca tersusun secara herarkis
dari yang paling sederhana ( kaitan huruf dengan bunyi ) sampai  pada keterampilan yang paling kompleks (membaca kritis ).
Keterampilan membaca berkembang melalui beberapa tahap, yaitu
Tahap pertumbuhan  kesiapan membaca, tahap awal  belajar membaca, tahap perkembangan keterampilan membaca, dan penyempurnaan keterampilan membaca.
1. Tahap Pertumbuhan Kesiapan Membaca.
Kesiapan membaca merupakan kompetensi yang harus dikuasai ….
dikuasai oleh  oleh setiap anak untuk mulai  belajar membaca.
Kompetensi dimaksud misalnya : membedakan  berbagai bentuk bangun, warna , ukuran, arah dan sebagainya.
2. Tahap Awal Belajar membaca.
Biasanya pengajaran membaca dimulai di kelas I SD, meskipun ada
anak yang  sudah dapat membaca sebelum masuk  SD, atau sebhaliknya ada anak yang belum siap membaca meskipun sudah masuk kelas I SD. Pada awalnya belajar membaca memang sulit, karena anak harus mencoba menerka banyak symbol /  huruf.
Ada dua (2 ) jenis pengajaran membaca yanfg  sering dipakai  pada
tahap ini .
Pendekatan pertama menekankan pemahaman symbol
(code emphasis ) , pada pengenalan  ini menekankan  pengenalan
System symbol  (huruf ) bunyi sedini mungkin.
Pendekatan kedua  menekankan  belajar membaca kata dan kalimat secara utuh ( meaning  amphasis ) .  Dengan membaca berbagai kata,
anak diharapkan dapat mencari sendiri  system huruf bunyi yang
berlaku.
Pengajaran membaca pada awal belajar membaca  melipu-
puti dua tahap , membaca  global , membaca unsur, dan membaca
tanpa membaca unsur- unsurnya .  Setelah memahami bentuk global
kata atau kalimat , anak mulai  melihat unsur  yang membentuk kata
atau kalimat itu.
 3.Tahap Perkembangan Keterampilan Membaca.
                   Tahap ini merupakan kelanjutan tahap membaca global
dan membaca unsur, tahap ini juga disebut  membaca tanpa memikir –
kan unsure-unsurnya. Pada tahap ini anak mampu membaca  lancar
tanpa perlu lagi memperhatikan  unsur-unsur setap kata.
Pengajaran membaca tahap  ini  dipusatkan pada pengembangan kosa
kata, keterampilan memahami, dan memotivasi anak. Hal ini  perlu
dilakukan terutama pada anak berkesulitan  belajar, karena  jika
menyadari ketinggalannya dari teman sebaya , kebanyakan anak berkesulitan membaca  menjadi frustasi dan tidak mempunyai motive-
si belajar.
4. Tahap Penyempurnaan Keterampilan Membaca.
                   Mulai kelas 4 SD , anak normal sudah merasakan nikmat-
nya  membaca , kegiatan membaca tidak lagi ditekankan pada teknik
membaca,tetapi sudah pada makna bacaan.
Tugas guru adalah mendorong dengan menyediakan atau menunjuk-
kan  sumber bacaan di Perpustakaan, yang perlu dilakukan guru
mengembangkankosa kata ,meningkatkan kemampuan  pemahaman , dan secara periodik memantau kemampuan analisis strukturaldan fo-
nik anak. Anak berkesulitan membaca jarang mencapai tahap ini.
Pada tingkat sekolah lanjut  perlu dikembangkan peningkatan pemahaman tinkat lanjut ( membaca kritis ).                                

ASESMEN KESULITAN MEMBACA
                   Asesmen (pengukuran ) adalah : proses pengukuran  secara pasti jenis kesulitan belajar yang dialami oleh anak , untuk keperluan diagnostik .
                   Banyak masalah membaca yang dapat diamati pada anak
Berkesulitan membaca .  Berdasrkan hasil penelitian , jenis kesulitan
yang sering ditemukan  antara lain  sebagai berikut :
1.Kesulitan mengidentifikasi kaitan bunyi huruf . Tidak lancar  atau
membuat kesalahan pada waktu membaca bersuara merupakan 
gejala yang banyak ditemukan pada anak berkesulitan membaca.
2. Kebiasaan arah membaca yang salah . Arah membaca tulisan latin
selalu dari kiri ke kanan , karena gangguan persepsi atau syaraf , banyak anak berkesulitan belajar yang sulit mengendalikan arah mata
secara konsisten pada waktu membaca.
3.Kelemahan kemampuan pemahaman .
Banyak anak yang mengeja dapat membaca kalimat, namun tidak
mengerti  makna kalimat , pada tingkat yang lebih lanjut  kelemahan
kemampuan pemahaman terlihat pada gejala ketidakmampuan
mencari informasi tertentu pada bacaan, m,embaca daftar isi, indeks,
memanfaatkan table dsbnya.
4.Ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan jenis bacaan.
Ada berbagai jenis bacaan  antara lain : puisi, cerita fiktif , sejarah,
buku pelajaran, kamus dan lain-lain. Anak berkesulitan membaca
Sering tidak melihat perbedaan tersebut .
5.Kelemahan dalam hal kecepatan membaca.
Kecuali tingkat pemahaman  dikembangkan , anak juga  dilatih membaca cepat , tujuan akhirnya anak dapat membaca dengan cepat
Dengan tingkat pemahaman yang tinggi pula.

Untuk mengetahui  secara pasti jenis kesulitan  yang dialami anak , ada dua macam prosedur , yaitu  asesmen formal , yang dilengkapi dengan petunjuk pelaksanaan tes ,kunci jawaban , cara menafsirkan  hasilnya , dan alternatif penanganannya . 
Namun di Indonesia tes semacam itu belum dikembang kan . Maka guru harus mengandalkan asesmen informal .
Beberapa prosedur asesmen informal  yang dapat dipakai :
1). Guru dapat mengadakan observasi harian secara teliti.
 Pada waktu mengadakan observasi  hal-hal yang perlu diperhatikan :
a.     Bagaimana sikap anak terhadap kegiatan membaca.
b.    Minat khusus anak yang dimiliki dalam membaca.
c.      Apakah anak mencapai kemajuan dalam membaca ?
d.    Kelebihan dan kelemahan anak waktu membaca ?
e.      Apakah anak harus mengeja dalam membaca bersuara ?
f.      Dan lain-lain.
2). Daftar Kata Bergradasi .
 Daftar kata bergradasi dapat dipakai untuk melihat kemampuan anak
mengenal kata.
Secara lebih rinci dapat digunakan  :
a.menunjukkan kemampuan  kosa kata pandang anak.
          b.memperkirakan tingkat penguasaan kosa kata anak.
          c. menunjukkan kelemahan  anak menghadapi kata baru dalam
              membaca.
3).Inventori Membaca Informal.
Pada daftar kata bergradasi hanya mengukur  kemampuan membaca
 teknis (khususnya pengenalan kata ). Inventori Membaca Informal
lebih menekankan kemampuan pemahaman, juga dapat dipakai untuk
membaca teknis.
4). Prosedur Cloze.
Prosedur Cloze dapat digunakan  sebagai metode informasi untuk mengukur tingkat kemampuan membaca dan pemahaman.
Prosedur cloze dapat diberikan secara individual atau klasikal.

5.Tes Berdasarkan Kurikulum.
Guru dapat menyusun tes informasi untuk mengukur secara cepat
tujuan instruksional tertentu . Tujuan khusus berkaitan dengan pokok bahasan tertentu , misalnya kata dengan suku kata menggunakan
huruf  i, n, u , a,  b  (ibu,abu, babu, bibi ).
Atau kata dengan suku kata berakhitan konsonan menggunakan huruf
i, n, b , u, m , a( main, minum ).

MENANGANI KESULITAN MEMBACA.
                   Secara garis besar ada dua (2)  macam pendekatan dalam
pengajaran  membaca permulaan  :
-         Pendekatan  berdasarkan symbol (code emphsis ).
-         Pendekatan berdasarkan makna (meaning emphasis ).
Perbedaan antara kedua pendekatan tersebut  terletak pada cara meng
ajarkan . Pendekatan  berdasarkan symbol menekankan  keteraturan
kaitan antara huruf dan bunyi. Tujuan akhirnya agar anak dapat
mengucapkan apapun yang tertulis, meskipun tidak berupa kata.
Pendekatan  berdasarkan makna  lebih menekankan  pada kemam   -
puan  mengenal dan membaca kata-kata yang bermakna.
                   Ada beberapa pendapat di kalangan para pakar tentang
pendekatan yang lebih baik .
Pendekatan symbol lebih menguntungkan  bagi pengembangan  kete-
rampilan membaca teknis, sedang pendekatan berdasarkan makna
lebih menguntungkan bagi pengembangan keterampilan pemahaman.
Akan tetapi untuk anak berkesulitan membaca, pendekatan berdasar –
kan symbol lebih direkomendasikan.
1. Pengajaran Membaca Permulaan.
Ada beberapa metode yang sering dipakai  untuk pengajaran membaca  permulaan  :
          a. Metode Membaca  B a s a l
Program pengajaran dengan metode basal terdiri atas beberapa set
yang tersusun menurut tingkat kesukarannya, masing –masing terdiri atas teks bacaan dan materi pelengkap, seperti buku kerja, kartu huruf
huruf, tes awal , tes akhir, dan film strip.
Garis besar langkah mengajar dengan metode basal  sebagai berikut :
-         Memberikan motifasi kepada anak.
-Memberikan konsep atau kosa  kata baru sebagai pengantar.
-Membimbing anak membaca dengan mengajukan pertanyaan
  yang sebenarnya menjadi tujuan membaca.
      -Mengembangkan  keterampilan lebih lanjut , dengan tugas-tugas
  dari buku kerja atau latihan tambahan.
-         Memberi tugas sebagai aplikasi  keterampilan yang baru                    dipelajari.
-         Evaluasi.
Karena banyaknya  materi yang harus disiapkan, di Indonesia  belum
pernah disusun bahan  pelajaran membaca permulaan  yang dapat
dipakai dengan metode basal.
          b. Metode  E j a
Metode eja mengajarkan  membaca teknik dengan melalui asosiasi
Antara grafem ( huruf ) dengan morfem ( bunyi ).
Setelah menguasai vocal dan konsonan ,  anak belajar membaca dengan menggabungkan bunyi menjadi suku kata dan suku kata menjadi  kata.
Kelemahan metode  E j a  :
 - Terlalu menekankan menekakan ucapan kata dapat mengorbankan
    kemampuan pemahaman.
 - Ada kata-kata perkecualian dalam asosiasi huruf bunyi, misalnya
    huruf o , pada kata toko  dan  kata pohon. Anak mungkin bingung
    pada tahap awal.
- Banyak anak menalami kesulitan menggabung huruf  secara lepas
   lepas anak dapat menghafal bunyinya.
          c. Metode Linguistik
Metode mengajar membaca  Linguistik  sangat menekankan  komuni –
kasi lisan. Metode linguistik menekankan pengajaran membaca secara
utuh. Latihan membaca huruf atau menggabungkannya tidak diberikan.
Perbedaan metode Linguistik  dengan metode Eja  terletak pada fokus
pengajarannya, yaitu pada kata utuh bukan pada bunyi-bunyi teriso-
lasi.  Perbedaan antara metode Linguistik  dengan metode Basal  terle-
tak pada penemuan system isolasi hurufbunyi sebelum beralih ke
pemahaman.
Beberapa kelebihan metode Linguistik  :
  a.Tekanan pada hubungan antara fonim dan grafim , mmembantu anak menyadari, bahwa membaca bahasa lisan yang ditulis.
b.Pola visual antara bunyi huruf secara konsisten disajikan kepada
anak.
     c.Anak belajar membaca dan mengeja kata secara utuh.
d.Kesadaran tentang kalimat sejak dini telah ditanamkan.
e.Pengajaran membaca dikaitkan dengan pengetahuan bahasa
anak sendiri.
Kelemahan metode Linguistik :
 a. Kurangnya penekanan pengebangan pemahaman pada tahap awal.
   b. Kosakata terkendali  dan penggunaan kata-kata tidak bermakna
      mengurangi makna pemahaman.
   c. Anak terdorong untuk membaca kata demi kata.
   d. Metode ini menekakankan keterampilan auditori –memori.
   e. Tidakada kesepakatan antara ahli bahasa tentang  teknik  menga-
       jarkannya.
         
          d.Metode Pengalaman Bahasa
Metode Pengalaman Bahasa ( language  experience ) menekankan pengintegrasian pengembangan keterampilan membaca dan  yang lain
yaitu mendengarkan, berbicara, dan menulis.
Pola pikir dari metode pengalaman bahasa  adalah , bahwa anak dapat
mengatakan  apa yang dipikirkan, apa yang dipikirkan dapat ditulis,
dan anak dapat membaca apa yang ditulis.
Ada beberapa kelebihan yang terlihat dari metode  pengalaman bahasa
antara lain sebagai berikut :                                                   
Metode ini dapat mengintegrasikan empat keterampilan berbahasa
sekaligus.
a.     Metode pengalaman bahasa , memanfaatkan pengalaman untuk
penghajaran bahasa.
b.    Kreatifitas anak berkembang.
c.      Motivasi belajar membaca tinggi.
Kelemahan metode pengalan bahasa , pengajaran membaca menjadi kurang terstruktur  dan kurang sistematik.

PROGRAM  REMEDIAL  MEMBACA
                   Pengajaran remedial direncanakan bagi anak-anak yang
mengalami kesulitan belajar , yaitu anak yang tidak dapat membaca
atau yang kemampuannya ketinggalan satu tingkat  atau lebih dengan teman-teman lainnya.
Ada beberapa pendekatan yang dapat dipakai  antara lain : pendekat-
an multi sensori, pendekatan modifikasi abjad, dan pendekatan kesan neurologis.
1.     Pendekatan Multisensori.
Pendekatan Multisensori  berdasarkan atas asumsi, bahwa akan dapat
belajar dengan baik, jika  materi pengajaran disajikan dalam berbagai
modalitas, antara lain visual (penglihatan ) , tactile ( perabaan  ) kinesthetik  (gerakan ), dan auditory ( pendengaran ). Keempat  modalitas  tersebut dikenal dengan VAKT.
Ada dua metode mengajar yang  menggunakan  pendekatan multisen-sori , yaitu yang dikembangkan oleh Ferland  dan  Gillingham .         
 a. Metode Ferland
Anak dilatih membaca kata secara utuh yang dipilih dari cerita yang dibuat oleh anak itu sendiri. Dengan demikian, tidak ada  kegiatan memperkenalkan nama huruf atau bunyi secara individual.
Metode Ferland meliputi 4 (empat ) tahap :
 Tahap 1: Anak memilih kata yang akan dipelajarinya , guru menulis-
kannya  besar-besar , anak kemudian menelusuri kata dengan jarinya,
sambil menelusuri anak mengucapkan kata itu keras-keras.
Dengan  kata –kata yang sudah dikuasainya, anak dapat membuat cerita .
Tahap 2 : Anak belajar dengan kata yang ditulis guru  , mengucapkan dan menyalinnya, anak didorong untuk  menyusun cerita dan memper-
tahankan  kata yang sudah dikuasainya.
Tahap 3 : Anak belajar membaca dari kata-kata  atau kalimat  yang sudah dicetak. Anak melihat kata, mengucapkannya, kemudian menyalinnya. Tugas guru memantau apakah semua kata masih diingatnya.
Tahap 4 : Anak sudah mampu mengenal kata-kata baru , dengan membandingkannya dengan kaata-kata yang sudah dipelajarinya, anak dapat dimotivasi untuk memperluas materi bacaannya.
b. Metode Gillingham
Metode Gillingham sangat terstruktur dan berorientasi pada  kaitan
antara bunyi dan huruf. Setiap huruf diajarkan dengan metode
multisensori . Kartu huruf  dibuat warna berbeda antara vocal  dan
konsonan , dan setiap kartu memuat satu huruf dalam bentuk kata
kunci beserta gambar, misalnya  huruf  b  disajikan  dengan  kartu bergambar bola, dengan tulisan  bola di bawahnya dan huruf  b  dice-
tak tebal.
Seperti  halnya metode Ferland, metode Gillingham hanya dapat dipa-
kai  untuk remediasi secara individual.

2. Metode Modifikasi Abjad                                                                  
Metode Moodifikasi  Abjad telah banyak dipakai untuk anak  berke –
sulitan membaca pada bahasa yang kaitan antara  huruf dan bunyinya
tidak selalu konsisten. Dalam bahasa Inggris, misalnya  huruf  a  dapat
dibaca /e/, /ei/, atau  /a/. Huruf  /f /  dapat bdilambangkan oleh huruf
 f, gh,atau  ph, misalnya kata  “ enough “  dapat ditulis  “inaf “, kata
“phone” akan ditulis “fon “.
Dalam bahasa Indonesia, metode ini tidak banyak bermanfaat, karena
kaitan  anatara  huruf dan bunyinya  relatif konsisten .                 
3.Metode Kesan Neurologis

Metode Kesan Neurologis terdiri atas kegiatan membaca bersama-sama secara cepat antara guru dan murid . Asumsi dasarnya adalah
bahwa anak dapat belajar  dengan mendengar susaranya sendiri  dan
suara orang lain yang membaca materi yang sama.
Pada awalnya guru membaca lebih keras dan lebih cepat  dari pada
Anak, anak didorong untuk menjaga kecepatan membacanya,dan tidak terlalu risau dengan salah baca. Guru menelusuri  bagian
yang dibaca dengan jari, jika anak sudah  mampu mendahului guru ,
guru mengurangi  keras dan kecepatan dalam membaca. Anak mene-
lusuri  bagian yang dibacanya dengan jari .                                         
 Yang dipentingkan dalam kegiatan ini  adalah membaca lancar.
Kelebihan metode  kesan neurologis adalah kemampuan dalam hal
ekspresi lisan , kelancaran membaca, dan peningkatan rasa percaya
diri dapat diamati .  Namun  kemajuan yang diperoleh anak dalam
pemahaman tidak banyak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LOMBA LKSN 2021